Kamis, 26 April 2012

Asal Usul Nama Kota Pekalongan

 Pada Tanggal 1 April kemarin Kota Pekalongan merayakan hari jadinya yang ke-105. Pada hari itu Kota Pekalongan bertransformasi dari ”sekadar” Kota Batik menjadi The World’s City of Batik. Sebagai kota yang memiliki banyak pengrajin batik, nama kota ini tidak sementereng Yogyakarta ataupun Solo. Pekalongan? Kota Pekalongan adalah kota yang terletak di utara Pulau Jawa, berdekatan dengan kota Pemalang, Tegal dan Semarang. Kota ini memang kota yang tidak terlalu besar sehingga banyak orang sulit untuk mengetahui dimana tempatnya. Kota Pekalongan berada di propinsi Jawa Tengah yang beribukotakan Semarang. Sebagai kota yang berada di Propinsi Jawa Tengah bisa dipastikan penduduknya menggunakan bahasa Jawa sebagai penghubung komunikasinya sehari-hari. Bahasa Jawa logat Pekalongan agak sedikit berbeda dengan bahasa Jawa lain seperti Jogja atau Solo yang cenderung lebih halus. Pekalongan, sebuah nama yang unik. Bagaimana asal usul nama kota ini? Nama Pekalongan berasal dari nama Topo Ngalongnya Joko Bau (Bau Rekso) putra Kyai Cempaluk yang dikenal sebagai pahlawan daerah Pekalongan.

Rabu, 25 April 2012

Asal mula nama 'Patih Sampun' dalam Legenda Pemalang

Dalam kepemimpinannya di Kadipaten Pemalang,Sang Adipati Anom (baru) mengadakan pertemuan dengan para Punggawa Kadipaten untuk membahas masalah pembangunan di Pemalang.untuk mempermudah hubungan dengan daerah-daerah di Pemalang kala itu, Adipati Pangeran Benowo memerintahkan kepada Patih Djiwonegoro untuk membangun dua jembatan di sungai banger dan di sungai Srengseng di Kebondalem.pada saat diberi mandat tugas tersebut,dengan spontan Patih Djiwonegoro menjawab "sampun dados (sudah jadi),kanjeng Adipati". Mendengar jawaban Patih Djiwonegoro,sang Adipati Pangeran Benowo tercengang dibuatnya.untuk membuktikan kebenaran ucapan Djiwonegoro,pada pagi harinya Pangeran Benowo meninjau lokasi dua jembatan tersebut,dan ternyata apa yang di ucapkan Djiwonegoro benar adanya,di dua sungai tersebut telah terbentang jembatan yang di kehendaki Adipati.maka semakin yakinlah Pangeran Benowo kepada bhakti dan kesetiaan patih Djiwonegoro,putra asli pemalang yang masyhur kesaktiannya. Pada hari berikutnya,sang Adipati Benowo memerintahkan lagi kepada patih Djiwonegoro untuk membangun lagi dua jembatan di sungai Rambut di Bojongkelor dan sungai Plawangan.namun lagi-lagi dijawab "sampun dados,kanjeng Adipati" oleh Djiwonegoro.namun kali ini Adipati Benowo tak perlu lagi mengecek kebenaran jawaban yang di berikan oleh patihnya,dikarenakan sang Adipati sudah mempercayainya. Bahkan bulan-bulan berikutnya adipati Pangeran Benowo memerintahkan lagi untuk membangun beberapa jembatan berturut-turut,jembatan-jembatan tersebut antara lain sebagai berikut: -

Sabtu, 21 April 2012

Hb. Lutfi : Muslim Bertarekat dan tidak Bertarekat

 Tanya Jawab dengan Habib Lutfi,- Al Kisah
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Habib Muhammad Luthfi bin Yahya yang terhormat. Saya ingin mengajukan pertanyaan penting yang berhubungan dengan masalah kemurniaan dan kesempurnaan iman. Pertama, apakah, di dalam mendalami masalah keimanan, setiap muslim lebih baik menjadi jamaah tarekat? Kedua, apakah dengan cara menjadi anggota jamaah tarekat di bawah bimbingan mursyidnya, seseorang dapat lebih tenang dan mantap dalam mengamalkan tuntunan agama Islam, karena dianggap merujuk pada ajaran Nabi Muham¬mad (saw) melalui bimbingan mursyid tersebut? Bagaimana dengan para ulama atau ustad yang mengajarkan Islam tanpa menjadi anggota jamaah tarekat? Demikian pertanyaan dari saya, semoga

Rabu, 18 April 2012

Anak Ayam dan Imam Sholat

Di sebuah desa kecil terdapat surau ditepi sawah. Di sana di kenal tokoh agama sekaligus ahli tasawuf tinggkat tinggi. Perasaannya sangat tajam, persis seperti janggut lancipnya yang mulai memutih mengkilap. namanya Mbah Abu. Suatu ketika ia kedatangan tamu dari kota dan tibalah waktu maghrib. mereka pun sholat berjamaah, dan tentu saja Mbah Abu yang menjadi imamnya.
 Singkat cerita, ketika usai sujud dan hendak duduk tahiyat ahir, Mbah Abu sebagai imam sholat tiba-tiba kaget dan langsung berdiri gelagapan. Pasalnya, ada suara anak ayam berteriak kencang seperti kesakitan "ciet ciet ciet!". kedengarannya persis di bawah tempat duduk Mbah Abu... Setelah ditengok ke belakang, walhasil tidak ada apa-apa. tetapi suara anak ayam masih terus berteriak. (ciet ciet ciet!).

Selasa, 17 April 2012

Mata Rantai Guru Thariqat Syaikh Ahmad Rifa’i


Tanbihun.com – Mata rantai keguruan beliau dalam Ilmu- ilmu Syar’i sudah banyak dikemukakan, terutama oleh Al- Mukarrom K.H.Syadhirin Amin, namun sanad keguruan beliau dalam Thoriqot belum banyak diketahui orang.
Adapun dalam bidang Thariqat Tasawuf Syaikh Ahmad Rifa’i menganut paham Imam Abu Qasim Junaidi al-Baghdadi (Lihat: “Thoriqot Gede” halaman230). Menurut keterangan Syaikh Ahmad Bajuri, Syaikh Ahmad Rifa’i adalah ulama pengikut thariqat al-Mu’tabarah al-Qadiriyah yang didirikan oleh Syaikh Abdul Qadir Jaelani yang mata rantainya sbb:

Minggu, 15 April 2012

Biografi Pangeran Diponegoro


Pangeran Diponegoro (lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Makamnya berada di Makassar. Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo. Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya,

Minggu, 01 April 2012

Syekh Jampes, Ulama Dunia dari Kediri


 Ia terkenal sebagai seorang ulama yang pendiam dan tak suka publikasi. Salah satu ulama yang paling berpengaruh dalam penyebaran ajaran Islam di wilayah nusantara pada abad ke-19 (awal abad ke-20) adalah Syekh Ihsan Muhammad Dahlan al-Jampesi. Namun, namanya lebih dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Jampes (kini Al Ihsan Jampes) di Dusun Jampes, Desa Putih, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Namanya makin terkenal setelah kitab karangannya Siraj Al-Thalibin menjadi bidang ilmu yang dipelajari hingga perguruan tinggi, seperti Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Dan, dari karyanya ini pula, ia dikenal sebagai seorang ulama sufi yang sangat hebat. Semasa hidupnya, Kiai dari Dusun Jampes ini tidak hanya dikenal sebagai ulama sufi. Tetapi, ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang ilmu-ilmu falak, fikih, hadis, dan beberapa bidang ilmu agama lainnya. Karena itu, karya-karya tulisannya tak sebatas pada bidang ilmu tasawuf dan akhlak semata, tetapi hingga pada persoalan fikih. Dilahirkan sekitar tahun 1901, Syekh Ihsan al-Jampesi adalah putra dari seorang ulama yang sejak kecil tinggal di lingkungan pesantren. Ayahnya KH Dahlan bin Saleh dan ibunya Istianah adalah pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Jampes. Kakeknya adalah Kiai Saleh, seorang ulama asal Bogor,