Selasa, 25 November 2014

Kyai Telingsing

Sebelum berdirinya Kerajaan Islam di Demak, terjadilah kejadian yang menggemparkan di daerah Kudus. Peristiwa itu terjadi pada diri Kanjeng Sunan Sungging. Pada suatu hari Kanjeng Sunan Sungging bermain layang-layang tersiratlah niat beliau untuk melihat dan berkeliling Wilayah Nusantara. Maka mulailah beliau merambat melalui benang layang-layang yang sedang melayang diangkasa. Pada waktu Kanjeng Sunan Sungging sampai ditengah-tengah angkasa, putuslah benang tersebut dan melayanglah beliau bersama layang-layang tersebut hingga sampai ke Tiongkok. Selang beberapa tahun, Kanjeng Sunan Sungging mempersunting seorang gadis Tiongkok. Dalam beberapa tahun kemudian hamillah istri tersebut dan melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama The Ling Sing. Setelah The Ling Sing menginjak dewasa, maka ayahandanya Kanjeng Sunan Sungging memberi petuah kepada anak tersebut. Apabila engkau ingin menjadi orang yang mulia di dunia dan akherat, maka ikutilah jejakku. Apakah yang ayahanda maksudkan ? Pergilah kau ke Kudus yang termasuk wilayah Nusantara, disanalah aku pernah berdiam.

Kamis, 11 September 2014

Asal Mula Air Zam-Zam dan Manfaatnya

Zam Zam (Air Pehun Keajaiban Dan Berkah)
“Air zam-zam itu penuh berkah. Ia makanan yang mengeyangkan (dan obat bagi
penyakit)” (HR. Muslim)
Zamzam (زمزم) dalam bahasa Arab berarti banyak, melimpah-ruah. Air zamzam dianggap sebagai air yang diberkahi Allah.

Zamzam merupakan sumur mata air yang terletak di kawasan Masjidil Haram, sebelah tenggara Kabah, berkedalaman 42 meter. Menurut riwayat, mata air tersebut ditemukan pertama kali oleh Siti Hajar setelah berlari-lari bolak-balik antara bukit Safa dengan bukit Marwah, atas petunjuk Malaikat Jibril, tatkala Ismail, putera Siti Hajar, mengalami kehausan di tengah padang pasir, sedangkan persediaan air tidak ada.

Sejarah Air Zam Zam
Air yang terbaik di muka bumi ini adalah air zam-zam. Air zam-zam adalah air suci yang telah dinikmati oleh umat Islam di seluruh dunia. Kisah sumur zam-zam ini berawal sejak 4000 tahun yang lampau. Pada saat itu masih menjadi bagian dari gurun Sahara yang gersang dan tandus, bukti bahwa tempat tersebut tidak pernah dihuni. Lalu Ibrahim AS bersama istrinya Siti Hajar dan putranya Ismail datang dan bermukim di tempat ini untuk memenuhi perintah Allah Subhanhu Wa Ta'ala.

Pada suatu saat Ibrahim AS sedang pergi untuk beberapa lama, persediaan makanan dan minuman habis. Bahkan ASI dari Siti Hajar pun mengering. Hidup ibu dan anak laki-laki itu terancam haus dan lapar. Siti Hajar lalu berusaha mencari air dengan berlari-lari kecil dari bukit Safa ke bukit Marwah sambil memohon kepada Allah apa saja untuk putranya. Setelah 7 kali pergi-pulang, terjadilah keajaiban. Air memancar dari antara kedua kaki putranya dengan kehendak Allah yang memerintahkan malaikat Jibril. Dengan memukul bumi, maka terpancarlah air. Itulah air zam-zam.

Beberapa tahun kemudian, Ibrahim AS datang dan langsung bersujud kepada Allah. Ia lalu membangun, meninggikan kembali Baitullah dibantu anaknya Ismail dan menjadikan tempat tersebut sebagai tempat ibadah kepada Allah Subhanhu Wa Ta'ala.

Sabtu, 12 Juli 2014

Bantuan Allah Bagi Alwliya’

Setelah solat Ashar, Saad bin Abi Waqqas ra berjalan jalan di pasar kota Madinah. Ia menelusuri pasar sampai ke ujungnya. Di sana beliau melewati tempat yang bernama Ahjar Alzait. Tak bererapa lama, ia melihat sekelompok penduduk desa mengerumuni seorang yang sedang menunggangi unta. Ia sangat sombong dan memperlihatkan dirinya bahwa ia adalah seorang pemberani dan pahlawan perang. ia berteriak teriak mengatakan bahwa dirinya lebih hebat dari Ali bin Abi Thalib ra. Bahkan ia menghinanya dengan kata kata yang tidak sopan.

Saad yang kebetulan berada di sana, menanya salah seorang yang sedang berdiri apa yang sebenarnya telah terjadi terhadap diri orang yang sedang menunggangi unta itu.

Mendengar uraian orang trb, saad sangat marah dan langsung menegurnya “apakah kamu tahu siapa Ali bin Abi Thalib itu? Bukankah ia orang yang pertama tama masuk islam? Bukankan ia orang yang pertama tama solat berjamaah bersama Rasulallah saw? Bukankah ia orang yang paling berzuhud? Bukankah ia orang yang paling berilmu? Bukankah ia yang menikahi putrinya Rasulallah? Bukankah ia pemimpin perang? Bukankah ia pembawa bendera Rasulallah dalam peperangnya melawan musuh Allah?”

Rabu, 11 Juni 2014

Nama-nama ulama 'Batang dan Pekalongan
Mohon koreksi bila ada kesalahan dalam penulisan gelar, nama, alamat dsb:
1. Maulana Maghrobi Sayid Abdullah Syarifuddin bin Hasan Alwi Ba'alawi Wonobodro Kota Batang 
2. Maulana Sayid Ja'far Shodiq bin Tholib bin Shodiq bin Yahya Ba'alawi Sunan Kudus Tsani 
3. Maulana Sayid Muhammad Ma'shum bin Tholib bin Shodiq bin Yahya Ba'alawi Kyai Ageng Pekalongan 
4. Maulana Sayid Abdussalam Kyai Gede Penatas Angin Pekalongan Pukangan 
5. Maulana Syarif Abdullah Maghrobi Syahid Kyai Ageng Rogoselo Pekalongan 
6. Maulana Sayid Muhammad bin Hasan bin Yahya Ba'alawi Kyai Gede 
7. Pangeran tanduran Paninggaran 
8. Joko Ketandur Wali Gondrongan Wonopringgo 
9. Syarifah Ambariyah bukur 
10. Maulana Maghrobi Sayid Ibrohim Bismo Kota Batang 
11. Maulana Maghrobi Sayid Ahmad Bismo Kota Batang 
12. Maulana Sayid Abdul Aziz Setono 
13. Maulana Sayid Abdurrohman Setono 
14. Maulana Sayid Husein Makam dowo Medono 
15. Kanjeng Sepuh Sayid Husein Among Negoro Bupati Pekalongan Pertama 
16. Kanjeng Sepuh Tanjaningrat I bin Pangeran Marmogati Pekalongan 
17. Kyai Gede Syekh Hasan Kesesi / Kyai Gede Cempaluk 

Sabtu, 24 Mei 2014

Apa Beda Pemilu Sekarang dengan Zaman Orba?

Dengan santai sambil beristirahat setelah menyiangi rumput di sawahnya, Pak Jufri dan anak laki-lakinya Yanto berbincang soal penghitungan cepat atau quick count yang makin ramai di zaman reformasi ini. Kebetulan Yanto sedang liburan kuliah semester lima, jadi bisa membantu Ayahnya di sawah.
To, kira-kira pemilu kali ini siapa ya pemenangnya?” tanya Pak Jufri kepada anaknya.
“Zaman reformasi seperti sekarang sih gampang Pak, tinggal lihat saja quick count,” jawab Yanto dengan pede-nya.
Oh...gitu toh,” kata Pak Jufri dengan mengangguk-angguk.
“Lah iya Pak, tinggal nunggu saja kira-kira lima jam setelah pencoblosan selesai, kita bisa lihat penghitungan cepat di teve siapa yang menang,” tutur Yanto semangat.
Wuelah dalah...kalau gitu lebih cepetan zaman Bapak dong waktu orba,” ungkap Pak Jufri.
“Ah...masa sih Pak? Waktu itu kan belum ada Lembaga penghitungan cepat,” sanggah Yanto.
“Loh...Jangan salah To, dulu kita tidak perlu menunggu sampai lima jam untuk tahu siapa yang menang. Sebelum orang-orang pada nyoblos pun, kita sudah tahu siapa yang bakal menang,” jawab Pak Jufri diplomatis. (Fathoni)

Sumber: http://www.nu.or.id

Rabu, 05 Februari 2014

Syihabuddin Yahya As-Suhrawardi
SEEKOR SEMUT dengan rencana tersusun di pikirannya, sedang mencari-cari madu ketika seekor capung hinggap pada kuntum bunga itu dan menghisap madunya. Capung itu sebentar-sebentar terbang pergi dan kembali lagi.
Kali ini Si Semut berkata, “Kau ini hidup tanpa usaha, juga tanpa rencana. Karena kau tidak punya tujuan nyata maupun cita-cita, apakah ciri utama dari hidupmu dan ke manakah akhirnya?’
Jawab Si Capung, “Aku bahagia, dan aku bersenang-senang, itu cukup nyata dan bertujuan. Tujuanku adalah tanpa tujuan. Kau boleh berencana sesukamu; kau tak bisa meyakinkanku bahwa ada cara hidup yang lebih baik. Bagimu rencanamu, bagiku rencanaku.”
Si Semut berpikir, “Yang tampak olehku ternyata tak tampak olehnya. Ia tahu apa yang terjadi pada semut. Aku tahu apa yang terjadi pada capung. Baginya rencananya, bagiku rencanaku.”
Si Semut pun berlalu, sebab ia telah memperingatkan sebisanya dalam situasi itu.
Hingga suatu ketika mereka bertemu lagi.
Si Semut menemukan kios tukang daging, dan dengan cerdik ia berdiri saja di bawah meja tempat daging, menunggu apa yang mungkin datang padanya.

Kamis, 23 Januari 2014

Gandamana dan Pandudewanata
oleh aljoez
Semenjak resmi menjadi Guru Istana Hastinapura, nama Pandita Durna terangkat dan tersebar karenanya. Bahkan namanya tersebar juga di negara-negara tetangga Hastinapura. Tokoh-tokoh penting dari penjuru negara, berguru kepadanya. Kecuali dari Negara Pancalaradya, hal tersebut dikarenakan adanya hubungan yang tidak baik antara Rajanya Drupada yang nama kecilnya Sucitra dengan Durna atau Kumbayana saudaranya, perseteruan dan dendam antara Prabu Drupada dan Pandita Durna tetap ada padahal mereka adalah orang-orang mulai yaitu seorang Raja dan Resi.
Gandamana sang penyiksa Durna pada saat itu mulai menyadari dan melihat kesalahan yang telah dibuatnya bertahun-tahun yang lalu. Kini dia merenung lagi kepada peristiwa itu …
Awalnya, menyusul peristiwa penganiayaan Kumbayana oleh Gandamana, Prabu Drupada tidak tega melihat luka yang diderita Kumbayana, maka ia membiarkannya tinggal di tapal batas wilayah Pancalaradya yang bernama Sokalima.

Kamis, 09 Januari 2014

Sejarah Koperasi di Indonesia
Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada umumnya merupakan hasil dari usaha yang tidak spontan dan tidak dilakukan oleh orang-orang yang sangat kaya.[7]Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme semakin memuncak.[7] Beberapa orang yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan dan beban ekonomi yang sama, secara spontan mempersatukan diri untuk menolong dirinya sendiri dan manusia sesamanya.
Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria Atmaja di Purwokerto mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negeri (priyayi). Ia terdorong oleh keinginannya untuk menolong para pegawai yang makin menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Maksud Patih tersebut untuk mendirikan koperasi kredit model seperti di Jerman.