Rabu, 27 Februari 2013

Sunan Katong dan Pakuwojo
Bathara Katong atau Sunan Katong besama pasukannya mendarat di Kaliwungu dan memilih tempat di pegunungan Penjor atau pegunungan telapak kuntul melayang. Beberapa tokoh dalam rombongannya antara lain terdapat tokoh seperti Ten Koe Pen Jian Lien (Tekuk Penjalin),Han Bie Yan (Kyai Gembyang) dan Raden Panggung (Wali Joko).

Penyebaran Islam di sekitar Kaliwungu tidak ada hambatan apapun. Sedangka memasuki wilayah yang agak ke barat, ditemui seorang tokoh agama Hindu/Budha, bahka disebutkan sebagai mantan petinggi Kadipaten di bawah Kerajaan Majapahit untuk wilayah Kendal/Kaliwungu, bernama Suromenggolo atau Empu Pakuwojo.

Dikatakan dalam cerita tutur, ia seorang petinggi Majapahit dan ahli membuat pusaka atau empu. Ia seorang adipati Majapahit yang pusat pemerintahannya di Kaliwungu/Kendal. Untuk meng-Islamkan atau menyerukan kepada Pakuwojo supaya memeluk agam Islam, Tidaklah mudah sebagaimana meng-ISlamkan masyarakat biasa lainnya. Biasanya sifat gengsi dan merasa jad taklukan adalah mendekati kepastian. Karena ia merasa punya kelebihan, maka peng-Islamannya diwarnai dengan adu kesaktian, sebagaimana Ki Ageng Pandan Aran meng-Islamkan para 'Ajar' di perbukitan Bergota/Pulau Tirang.

Selasa, 12 Februari 2013

Makam Mbah Jangkung Bisa Untuk Kembalikan Santet
Ada makam sangat terkenal di puncak Gunung Putri, Baleendah, Garut, Jawa Barat. Panjangnya sekitar 3,5 meter. Menurut sesepuh setempat, Eyang Omo Suntana (58), makam itu lebih dikenal dengan Makam Mbah Jangkung. Menurut orangtuanya, Mbah Jangkung adalah orang sakti pelindung warga Baleendah dari penindasan Kompeni. Karena itulah makamnya banyak diziarahi.
DARI cerita turun-temurun, Mbah Jangkung tewas ditembak Kompeni karena pusaka andalannya hilang dicuri sahabatnya. Pada hari ke-40 sejak dikubur, tiba-tiba nisan makam Mbah Jangkung memanjang sendiri.
"Kata orangtua, banyak yang kaget saat melihat makam Mbah Jangkung tiba-tiba berubah panjang. Nisan yang pada awalnya hanya sekitar 1 meter itu mulur hingga menjadi 3,5 meter," papar Omo Suntana pada Merapi beberapa waktu lalu. Karena nilai ghaibnya itu, tiap malam Jumat dan Selasa Kliwon didatangi banyak orang dengan berbagai niat.