Selasa, 12 Februari 2013

Makam Mbah Jangkung Bisa Untuk Kembalikan Santet
Ada makam sangat terkenal di puncak Gunung Putri, Baleendah, Garut, Jawa Barat. Panjangnya sekitar 3,5 meter. Menurut sesepuh setempat, Eyang Omo Suntana (58), makam itu lebih dikenal dengan Makam Mbah Jangkung. Menurut orangtuanya, Mbah Jangkung adalah orang sakti pelindung warga Baleendah dari penindasan Kompeni. Karena itulah makamnya banyak diziarahi.
DARI cerita turun-temurun, Mbah Jangkung tewas ditembak Kompeni karena pusaka andalannya hilang dicuri sahabatnya. Pada hari ke-40 sejak dikubur, tiba-tiba nisan makam Mbah Jangkung memanjang sendiri.
"Kata orangtua, banyak yang kaget saat melihat makam Mbah Jangkung tiba-tiba berubah panjang. Nisan yang pada awalnya hanya sekitar 1 meter itu mulur hingga menjadi 3,5 meter," papar Omo Suntana pada Merapi beberapa waktu lalu. Karena nilai ghaibnya itu, tiap malam Jumat dan Selasa Kliwon didatangi banyak orang dengan berbagai niat.


"Makam Mbah Jangkung ditutup untuk umum selain malam Jumat dan Selasa Kliwon," tambahnya. Maka ketika Merapi datang di luar hari itu, tidak diberi kesempatan memotret nisannya. "Ini sudah aturan, saya nggak berani melanggar. Kalau mau ambil foto, datang saja malam Jumat Kliwon," kata Eyang Omo Suntana.
Menurut Eyang Omo, peziarah yang kebanyakan datang dari pelosok Jawa Barat itu biasanya ngalap berkah ilmu dari Mbah Jangkung. Dengan bermalam segala. Maka warga lalu menyediakan penginapan.
MENURUT Eyang Omo Suntana, banyak orang berhasil mendapat ilmu dari makam Mbah Jangkung. Biasanya yang berhasil, sering datang lagi sekadar membuang 21 keping uang logam ratusan. "Kata mereka pada saya, untuk jajan penunggu makam Mbah Jangkung" tandas Eyang Omo. Padahal diyakini, penunggu makam berupa seekor macan loreng.
"Ada seorang warga hendak kencing waktu malam, lalu melihat ada seekor macan loreng besar berjalan pelan berkeliling gang didusun Baleendah. Esoknya, ada salah satu warga yang meninggal," jelas eyang Omo. Sehingga warga menengarai, bila menjumpai macan loreng tersebut berkeliling dusun, esoknya pasti ada yang meninggal.
Pernah ada yang berusaha mengusir macan loreng itu ketika turun dari makam Mbah Jangkung, namun macan loreng itu mengeluarkan auman keras sehingga pengusirnya gemetaran lalu lari tunggang langgang.
"Padahal macan loreng penunggu makam Mbah Jangkung itu baik. Tidak pernah merusak atau mengganggu penduduk secara langsung. Tapi kalau mendengar suaranya yang menakutkan, bisa membikin trauma orang," sergah teteh Nurul, salah satu warga Baleendah.
SELAIN populer sebagai tempat untuk mencari ilmu kasekten di Jawa Barat, makam Mbah Jangkung dipercaya bisa menetralkan guna-guna atau tenung. "Sudah banyak orang sembuh dari tenung setelah dibawa ke makam Mbah Jangkung," tandas Eyang Omo Suntana. Tapi untuk menyampaikan ujub tidak cukup hanya datang sekali pada malam Selasa dan Jumat Kliwon, melainkan harus beberapa kali. "Bahkan setelah berziarah ke makam Mbah Jangkung, serangan guna-guna atau tenung tersebut bisa dikembalikan pada pengirimnya. Tapi hal itu tergantung dari kehendak pasien," kata eyang Omo.
Ikhwal keampuhan soal pengembalian santet, guna-guna atau tenung ini sudah menyebar ke seluruh Jawa Barat.
"Tapi kebanyakan pasien berasal dari Ciamis," kata eyang Omo.
Jangan harap melihat peziarah yang berjibun di luar malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon di makam Mbah Jangkung. Mungkin hanya pada dua hari itulah Mbah Jangkung 'buka praktik'.
Sumber: http://www.indospiritual.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar