Selasa, 30 Juli 2013

ALBERT EINSTEIN (1879-1955)

Albert Einstein, tak salah lagi, seorang ilmuwan terhebat abad ke-20. Cendekiawan tak ada tandingannya sepanjang jaman. Termasuk karena teori "relativitas"-nya.Sebenarnya teori ini merupakan dua teori yang bertautan satu sama lain: teori khusus "relativitas" yang dirumuskannya tahun 1905 dan teori umum "relativitas" yang dirumuskannya tahun 1915, lebih terkenal dengan hukum gaya berat Einstein. Kedua teori ini teramat rumitnya, karena itu bukan tempatnya di sini menjelaskan sebagaimana adanya, namun uraian ala kadarnya tentang soal relativitas khusus ada disinggung sedikit. Pepatah bilang, "semuanya adalah relatif." Teori Einstein bukanlah sekedar mengunyah-ngunyah ungkapan yang nyaris menjemukan itu. Yang dimaksudkannya adalah suatu pendapat matematik yang pasti tentang kaidah-kaidah ilmiah yang sebetulnya relatif. Hakikatnya, penilaian subyektif terhadap waktu dan ruang tergantung pada si penganut. Sebelum Einstein, umumnya orang senantiasa percaya bahwa dibalik kesan subyektif terdapat ruang dan waktu yang absolut yang bisa diukur dengan peralatan secara obyektif. Teori Einstein menjungkir-balikkan secara revolusioner pemikiran ilmiah dengan cara menolak adanya sang waktu yang absolut. 

Selasa, 16 Juli 2013

Mencari Sosok Pahlawan Pekalongan
MENYEBUT nama KH Abdul Gaffar Ismail secara spontan pasti menyebut nama Kota Pekalongan. Meski lahir di Padang, 11 Agustus 1911, dia telah mengabdikan hidupnya selama setengah abad untuk membina umat di Pekalongan.

Oktober 1935, Gaffar masuk Pekalongan naik kereta api SS (Staats Spoorwagen) dari Batavia  (Jakarta) setelah pelayaran dari Teluk Bayur Padang dengan kapal KPM (Koninklijke Paketvaart Maattschappij).

Aktivis partai Persatuan Muslim Indonesia (Permi) Sumatra Barat  tersebut harus menjalani masa pembuangan di kota pesisir Pekalongan. Kedatangannya diterima dengan baik oleh tokoh muslim Pekalongan, tentu dalam pengawasan intel kolonial Politiek Inlichtingche Dienst (PID).

Selasa, 09 Juli 2013

USIR BATU GINJAL DENGAN TEMPUYUNG
          Kita tentu pernah mendengar tentang batu ginjal. Dimana gejala awalnya adalah nyeri hebat pada pinggang yang dapat menyebar ke perut bagian bawah. Batu ginjal sendiri adalah partikel padat seperti kerikil yang terdapat di berbagai bagian sistem kemih. Banyak cara dilakukan untuk mengobati penyakit ini diantaranya bahkan harus melalui operasi. Karenanya tidaklah heran orang berlomba-lomba mencari pengobatan tradisional untuk menghindari kata operasi ini. Salah satu tanaman yang secara empiris telah lama digunakan untuk mengatasi batu ginjal diantaranya adalah tempuyung.

Mengenal Tempuyung
          Tempuyung atau dalam bahasa latinnya Sonchus arvensis (L) adalah yang tingginya sekitar 0,6 – 1,5 meter. Tumbuh secara liar di Jawa terutama di daerah yang sering diguyur hujan dengan daerah 50 m sampai 1650 di bawah perrmukaan laut. Menyukai daerah terbuka, tetapi bisa subur juga ditempat teduh. Daunnya lebar dengan tepi bergerigi, sering basah dan berambut halus. Berwarna hijau licin dengan sedikit ungu. Didekat bangkal batang, daun bergerigi itu terpusar membentuk roset dan yang di sebelah atas memeluk batang berselang-seling. Bunga dari tempuyung ini berwarna kuning dengan mahkota daun banyak, berbentuk telur, berupa bunga pita yang letaknya terkumpul seperti buket dan bunga seluruhnya berbentuk silindris