Kamis, 19 Juli 2012

Sunan Bonang Itu Aswaja
Banyak pihak meragukan keberadaan walisongo. Namun di sisi lain, mereka juga mengakui bahwa satu-satunya karya tulis yang bisa dianggap sebagai warisan karya para wali tersebut adalah “Het Boek van Bonang”, karya Sunan Bonang, salah satu anggota walisongo. Jadi, dengan mendasarkan karya tulis tersebut, bagaimanapun walisongo, bukan fiktif, paling tidak itulah karya tulis sebagai bukti sejarah keberadaan Sunan Bonang.
Masih dalam buku tersebut, ternyata Sunan Bonang memiliki pandangan keagamaan yang sejalan dengan Ahlussunnah wal jamaah, dimana berpegang pada imam madzhab. Berikut petikan narasi dari buku/kitab tersebut :
“Mangka anabda Shaich al Bari : e-Mitraningsun ! pamanggihingsun ta nora mongkono kaya Abdul Wahid iku. Karana satuhune pangucape Abdul Wahid iku kupur ing patang madh’hab. (Pupuh III)
 
(“Maka bersabda Shaich al Bari : Hai, kawan! Pendapatku tidak seperti Abdul Wahid itu. Karena sesungguhnya ucapan Abdul Wahid itu kufur menurut empat madzhab”
 Dalam bait lain :
“Mangka angandika imam Ghazali :  ya Shaich Supi! kupur tuwan ing patang madh’hab dening tuwan akecap anakisaken sifating pangeran karana ujar tuwan puniku awit angorakaken angapesaken sifating pangeran iku karan tuwan kupur. ” (Pupuh XIII)
(“Maka berkata Imam Ghazali : Hai Syaich Supi ! kufur anda pada empat madzhab sebab ucapan tuan menakiskan (mensifati dengan kekurangan) sifat Tuhan, karena tuan menakiskan sifat Tuan maka itu kufur” )
Penyebutan empat madzhab mengindikasikan bahwa Sunan Bonang berpegang teguh dan berpedoman dengan para Imam Madzhab. Demikian pula dalam Tasawuf/Akidah menyandarkan pada pendapat Imam Ghazali dan Kitab Ihya Ulumuddin, berikut petikannya :
“Nyan punika caritanira Shaich al Bari : tatkalanira apitutur dateng mitranira kabeh ; kang pinituturaken wirasaning Usul Suluk – vvedaling carita saking (2) Kitab Ihya ‘ulum aldin lan sakingTamhid – antukira Shaich al Bari ametet ®) i(ng) ti(ng)kahing sisimpenaning nabi wali mukmin kabeh”. (Pembukaan).
(“Demikianlah cerita Shaich al Bari : tatkala engkau berkata kepada kawanmu semua ; yang dituturkan adalah isi (kitab) Ushul Suluk yang berasal dari Kitab Ihya’ Ulumuddin dan dari Tahmid-yang diperoleh Shaich Al Bari menjaga dan tersimpan oleh para nabi dan wali mukmin semua)”
Beliau, Sunan Bonang juga mengenal pembagian sifat-sifat Allah, seperti sifat salbiah, berikut petikannya :
 “e-Mitraningsun ! mboya kang ora iku – kaia wirasaning sastra  kadia sipating pangeran sifatulsalbi, tegese : sifating pangeran mahasuci lan kadi sawiji-wiji”. (Pupuh III).
(“Wahai kawan! Janganlah seperti itu – bahwa isi kitab seperti sifat salbi(yah) Allah, maksudnya : sifat Tuhan yang Mahasuci, dan semua sifatnya (setiap sifatnya) mahasuci”)
 Bahkan, persoalan perdebatan akidah seputar muktazilah juga disinggung dalam bait berikut :
“Mangkana sang siptaning wong ‘arif ika ora kaja tuwan mo(ng)kono, anakisaken sifating pangeran : iku karan tuwan kagepoking ujar sasar, kagepok ing wong Mu’tazilah.(Pupuh XIII).
(“Maka perkataan orang arif itu tidak seperti perkataan tuan, yang menakiskan sifat Tuhan : itu berarti tuan jatuh pada perkataan sesat, sama dengan orang Muktazilah”)
Het Boek van Bonang sudah menjadi karya sastra yang diteliti oleh para sarjana barat dan diyakini keasliannya sebagai karya Sunan Bonang. Dengan demikian, maka jelas sudah, bahwa Sunan Bonang dan tentu para walisongo semuanya adalah para penegak madzhab, penegak panji ahlussunnah wal jamaah
 Wallahu ‘alam
Sumber: http://warkopmbahlalar.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar