Humor Sufi*: "Tuhan itu Tak
Ada!," Kata Tukang Cukur
Kiwir mau
pangkas rambut. Ia datang ke tukang cukur langganannya di dekat rumahnya,
di Depok. Ternyata tutup.”Lagi pulang kampung, Mas,” kata
penjaga toko di sebelah kios tukang cukur itu.
Berhubung
rambutnya sudah panjang, Kiwir gak betah. Ia mencari ''barber
shop'' lain di seputaran Jalan Margonda, dekat kampus UI. Brewoknya
juga sudah awut-awutan. "Gak keren, kayak Lonardo
DiCaprio," katanya dalam hati.
Tidak lama,
Kiwir sudah di kursi tukang cukur. Sambil memotong rambut Kiwir, tukang cukur
mengajaknya bicara. Mulailah mereka terlibat pembicaraan yang kian lama kian
menghangat. Keduanya memperbincangkan banyak hal dan berbagai variasi topik
pembicaraan. Hingga entah kemudian topiknya ''nyasar'' ke
pembicaraan tentang masalah akhirat.
Tukang
cukur: ”Saya tidak percaya Tuhan itu ada.”
Kiwir: “Kenapa?”
Tukang
cukur: “Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan, untuk
menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada,
adakah yang sakit? Adakah anak terlantar?
Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit atau kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”
Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit atau kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”
Kiwir diam.
Ia berpikir keras. "Bagaimana caranya agar tidak terjebak dalam
debat kusir," pikir Kiwir. Seusai potong rambut itu, Kiwir pergi
meninggalkan ''barber shop''.
Beberapa
saat kemudian, di jalan Kiwir melihat seorang lelaki berambut panjang, tidak
beraturan, kribo gimbal dan kotor. Brewoknya pun semrawut, seperti
habis ditimpa puting beliung. Orang itu terlihat dekil dan tidak terawat.
Kiwir
buru-buru kembali ke tempat tukang cukur dan berkata, “Kamu tahu,
sebenarnya tukang cukur itu tidak ada!”
Tukang cukur
tidak terima. Ia protes. ”Kamu kok bisa bilang begitu? Saya disini dan
saya tukang cukur. Dan baru saja saya mencukurmu!,” tandasnya
“Tidak!,” elak Kiwir. “Tukang
cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut
panjang, gondrong, serta brewokan semrawut seperti orang itu,” kata si
Kiwir sambil menunjuk ke arah luar.
“Ah
tidak, tapi tukang cukur tetap ada!,” sanggah tukang cukur. ”Apa yang kamu lihat itu
adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya,” jawab
si tukang cukur membela diri.
“Cocok!,” kata Kiwir menyetujui. “Itulah
masalahnya. Sama dengan Tuhan, Dia itu ada! Tapi apa yang terjadi?
Orang-orang tidak mau datang kepada-Nya, dan tidak mau mencari-Nya. Maka,
banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini,” katanya.
Tukang cukur
itu terdiam seribu bahasa, sambil menundukkan kepalanya, berpikir sejenak dan
lanjut mencukur konsumennya. Dan, kemungkinan besar ia sudah percaya pada
Tuhan. [Mizan.com/Disadur dari syafiqb.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar