Dalam dunia pewayangan ada tokoh-tokoh para Dewa yang
terkadang dimunculkan dari suatu lakon wayang. Dari para tokoh-tokoh Dewa
tersebut digambarkan memiliki karakter sendiri-sendiri, baik wajah karakter
maupun kesaktiannya. Mungkin bagi generasi muda Jawa Tengah khususnya
kurang paham tentang ini. Maka dari agar kita lebih mengenalnya, berikut
saya tuliskan 72 nama dewa dalam dunia wayang kulit. Sebenarnya bukan ini
saja, namun karena keterbatasan waktu saya hanya menuliskan 72 nama dewa saja.
1. BATHARA GURU
Juga disebut Sang Hyang Manikmaya adalah putra ketiga Sang
Hyang Tunggal dengan Dewi Wirandi / Rekatawati, putri Prabu Yuyut / Resi
Rekatama, Raja Samodralaya. Dia memiliki 2 saudara kandung yaitu Sang
Hyang Tejamaya / Antaga dan Sang Hyang Ismaya. Batara Guru juga memiliki 3
orang saudara seayah lain ibu putra Dewi Darmani, putri Sang Hyang Darmayaka
dari Selong, yaitu: Sang Hyang Rudra / Dewa Esa, Sang Hyang Dewanjali dan Sang
Hyang Darmastuti.
Ia memiliki 27 nama gelar, tapi yang dikenal diantaranya:
Sang Hyang Jagadnata, Sang Hyang Jagadpratingkah, Sang Hyang Pramesti Guru,
Sang Hyang Siwa, Sang Hyang Girinata. Dalam dunia pewayangan Sang Hyang
Manikmaya memiliki kekuasaan tertinggi. Ia menguasai 3 lapisan jagat raya
yaitu: Mayapada (dunia kadewatan), Madyapada (dunia makhluk halus) dan Arcapada
(dunia manusia di bumi).
Dia tinggal di kahyangan Jong Giri bungkuk (dalam pewayangan
sering disebut Jonggring Salaka atau Suralaya). Ia beristri Dewi Uma atau
Umayi yang sangat cantik jelita dan sakti. Awalnya Dewi Uma tidak bersedia
diperistri, kecuali apabila Batara Guru berhasil
menangkapnya. Berkali-kali usaha dilakukan Guru untuk memenuhi keinginan
itu dengan menangkap Dewi Uma namun selalu gagal karena "kelicinan"
gerak Dewi Uma.
Sampai setelah sekian lama belum berhasil maka Batara Guru
memohon kepada Hyang Wenang, kakeknya, agar ia diberi tambahan sepasang tangan
lagi untuk mempermudah menangkap Dewi Uma.Setelah terkabul dan tangan Batara
Guru berubah menjadi empat, maka Dewi Uma berhasil ditangkapnya dan kemudian
menjadi istrinya. Karena bertangan empat inilah maka Batara Guru sering
disebut Sang Hyang Caturbuja.
2. HYANG ANANTABOGA
Saat muda bernama bernama Nagasesa. Ia juga sering
disebut dengan nama Hanantaboga, putra Antanaga dengan Dewi Wasu, putri Hyang
Anantaswara, dan merupakan keturunan ke empat Sanghyang Wenang dengan Dewi
Sayati.Antaboga menikah dengan Dewi Supreti, dan memiliki dua orang anak,
bernama Dewi Nagagini dan Nagatatmala. Meskipun menyandang nama 'naga'
tetapi Nagagini dan Nagatatmala berwujud manusia.Nagagini menikah dengan Bima
dan memiliki seorang anak bernama Antareja.
Dalam keadaan biasa, Sanghyang Antaboga berwujud manusia,
tetapi dalam kondisi triwikrama / berubah wujud, tubuhnya berubah menjadi ular
naga raksasa. Setiap 1000 tahun sekali, Sanghyang Antaboga mlungsungi
' berganti kulit '.
Ia juga memiliki Aji Kawastrawan, yang membuatnya dapat
menjelma menjadi apa saja, sesuai dengan yang dikehendakinya. Antara lain
ia pernah menjelma menjadi garangan putih (semacam musang hutan) yang
menyelamatkan Pandawa dan Kunti dari amukan api pada peristiwa Bale
Sigala-gala.
3. SANGHYANG ASMARA
Disebut sebagai Dewa Kasih Sayang yang diberi tugas untuk
mendamaikan suami-istri yang menghadapi hidup jauh dari kebahagiaan, sehingga
menjadi suatu pasangan yang penuh dengan cinta kasih, kesetiaan dan ketentraman
hidup penuh bahagia. Ia berparas sangat tampan dan tingkah lakunya sangat
menarik.
Sanghyang Asmara adalah putra ketiga Sanghyang Manikmaya
dengan Dewi Umarakti / Umaranti. Ia memiliki dua orang saudara kandung
bernama Sanghyang Cakra dan Sanghyang Mahadewa. Ia juga memiliki enam
orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umayi masing-masing bernama Sanghyang
Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan
Bathara Kala.
Sanghyang Asmara memiliki tempat kedudukan di Kahyangan
Mayaretna. Oleh Sanghyang Manikmaya juga diberikan tugas memberikan pahala
kepada keturunan Witaradya (sejarah para raja).Selain memiliki Aji pangabaran,
Sanghyang Asmara juga memiliki kesaktian berupa Asmaragama, Asmaratantra dan
Asmaraturida. Rapal Aji Asmaragama pernah diajarkan kepada Prabu
Arjunasasra, raja negara Maespati, dan kepada Arjuna, satria
Pandawa. Sedangkan rapal Aji Asmaratantra dan Asmaraturida diajarkan
kepada Sri Kresna, raja negara Dwarawati.
4. BATHARA ASWAN
BATHARA ASWAN dan BATHARA Aswin adalah dewa kembar, putra
dari Bathara Sumeru, yang berarti masih keturunan Sanghjyang Taya, adik
Sanghyang Wenang. Sebagaimana saudara-saudaranya yang lain satu kerunan
dari Bathara Sumeru, Bathara Aswan dan Bathara Aswin juga mengemban tugas
kewajiban menjaga keamanan umat di bumi dengan keahliannya masing-masing.
Bathara Aswan adalah dewa yang khususnya memerangi segala
macam penyakit yang berkembang di bumi, sedang Bathara Aswin adalah dewa yang
menguasai ramalan segala sesuatu yang terjadi di dunia.
Bhatara Aswan dan Bathara Aswin memiki sifat dan perwatakan,
sabar, teliti, cerdas, setia dan patuh terhadap perintah. Atas perintah
Sanghyang Manikmaya (Bathara Guru), Bathara Aswan dan Bathara Aswin turun
arcapada (bumi) dengan perantaraan rahim Dewi Madrim putri Prabu Mandrapati
dengan Dewi Tejawati dari Negara Mandaraka, istri Prabu Pandudewanata raja
negara Astina. Bathara Aswan sebagai pinten atau Nakula, sedangkan Bathara
Aswin menjelma sebagai Tansen atau Sadewea.Keduanya merupakan satria kembar
dari lima satria Pandawa.
5. BATHARA Aswin
Bathara Aswin oleh sebagian dalang dianggap kembaran Batara
Aswan. Sebagian lagi menganggap Batara Aswan dan Batara Aswin adalah satu
tokoh yang menyatu dalam wujud Dewa Kembar. Mereka adalah putra Batara
Sumeru dengan Ibu Dewi Kurani.
Dewa Aswan dan Aswin dikenal juga sebagai Dewa Tabib karena
ahli dalam obat-obatan dan menyembuhkan berbagai penyakit. Mereka pernah
menyembuhkan seorang penggembala bernama Utamanyu dari kebutuaan yang
dideritanya sejak lahir. Mereka juga pernah menghadiahkan umur panjang dan
kembali muda kepada Maharsi Cyawana, setelah menguji kesetiaan istri pertapa
tersebut yang benama Dewi Sukanya.
6. BATHARA BARUNA
Sering disebut pula dengan nama Batara Waruna. Ia masih
keturunan Sanghyang Wenang dari garis keturunan Sanghyang Nioya. Batara
Baruna bertempat tinggal di Kahyangan Dasar Samodra. Ia bertugas
memelihara ekosistem dan biota laut. Ia berwujud dewa berwajah ikan dan
seluruh badannya bersisik ikan. Batara Baruna dapat hidup di darat dan di
air. Ia memiliki cupu berisi air kehidupan Mayausadi.
Dalam pewayangan, Sanghyang Baruna pernah menjelma menjadi
manusia dan menggunakan nama Begawan Badawanganala. Selama menjadi petapa
itu ia memiliki dua putri cantik yang diedit Nakula dan Sadewa yaitu Dewi
Srengganawati dan Dewi Srenggini.
7. BATHARA BASUKI
Dikenal pula dengan nama Bathara Wasu. Ia adalah putra
Bathara Wismanu, keturunan dari Sanghyang Taya, adik Sanghyang
Wenang. Bathara Basuki adalah Dewa keamanan yang berwujud ular
putih. Karena ketekunannya bertapa, ia mendapat anugrah dewata berupa Aji
Kawrastawan, sehingga dapat beralih rupa menjadi manusia dan dapat beradat-istiadat
serta berbicara seperti manusia.
Bathara Basuki menjelma menjadi satria yang berjiwa selamat
/ basuki yaitu Prabu Baladewa / Kakrasana, raja negara Mandura yang berkulit
putih, sebagai lambang kesucian atau keselamatan, terlepas dan terluput dari
segala keburukan dan kesalahan. Bathara Basuki menjelma dalam tubuh Prabu
Baladewa sebagai balas jasa atas kebajikan yang pernah dilakukan oleh Prabu
Baladewa menyelanmatkan dirinya yang berwujud ular dari kematian di hutan
Krendayana.
Dengan penitisan Bathara Basuki, sehingga pada masa tuanya,
Prabu Baladewa terhindar dari perselisihan keluarga yang berperang dalam
Bharatayuda. Setelah keturunan Yadawa lenyap dan Prabu Baladewa akan
meninggal, Bathara Basuki keluar dari tubuh Kakrasana / Prabu Baladewa melalui
mulutnya, diundang oleh para naga, diantaranya Naga Taksaka, Kumuda, Mandarika,
Hreda, Durmuka, Praweddi, kembali ke patala.
8. BATHARA BAYU
Disebut pula Hyang pawaka 'angin'. Dewa Bayu
melambangkan kekuatan. Ia putra ke-4 Sanghyang Manikmaya, Raja tribuana dengan
Permaisuri Dewi Umayi. Karena Sanghyang Manikmaya menitis pada Semar,
otomatis Batara Bayu juga diaku sebagai anak Semar.
Sanghyang Bayu memiliki lima orang saudara kandung
masing-masing bernama: Batara Sambo, Batara Brahma, Batara Indra, Batara Wisnu,
dan Batara Kala. Ia juga memiliki tiga orang saudara lain ibu yaitu;
Batara Cakra, Batara Mahadewa, dan Batara Asmara dari ibu Dewi
Umarakti. Menurut wujud rupa wayangnya, Batara Bayu mencerminkan
karakternya yang gagah berani, kuat, teguh, sederhana, pendiam dan memiliki
kekuatan yang dahsyat. Ia tinggal di Kahyangan Panglawung, menikah dengan
Dewi Sumi, putri Batara Soma, dan berputra empat orang masing-masing bernama:
Batara Sumarma, Batara Sangkara, Batara Sudarma, dan Batara Bismakara.
9. BATHARA Brahma
Ia tinggal di Kayangan Deksina di dalam pedalangan sering
disebut kayangan Argadahana, Putra dari Batara Guru dengan Batari
Uma. Memiliki istri bernama Dewi Saraswati, dia memiliki kelenihan Dewa
yang menguasai api.
Batara Brama pernah memberikan pusaka Alugara dan Nanggala
kepada raden Kakrasana pada saat ia bertapa di pertapaan Arsonya. Maka
tampaknya Hyang Brama adalah guru dari raden Kakrasana.Maka jika kita lihat
bentuk wayang Prabu Baladewa atau raden Kakrasana mirip dengan bentuk wayang
Batara Brama.
Ia selalu mengikuti perjalanan Batara Guru ke Ngarcapada /
Bumi menjelma menjadi raja seberang dengan nama misal prabu Dewa pawaka atau
yang lain. Hal ini dapat digagalkan oleh Semar. Sehingga kehendaknya
ingin menghancurkan Pandawa atau membuat onar dunia tidak berhasil. Juga
dapat dilihat dalam lakon lahirnya Wisanggeni. Tujuan Batara Brama akan
mengawinkan putrinya Dewi Dresanala dengan Dewa Srani serta menceraikan raden Arjuna. Hal
ini dapat digagalkan oleh Semar dan para Pandawa. Jadi kesimpulannya bahwa
semua ulah dewa jika salah akan kalah oleh tindakan manusia yang benar.
10. BATHARA BREMANA
Ia adalah putra Betara Brama dan memiliki saudara laki-laki
bernama Bremani. Sesudah dewasa Bremana akan di kawinkan dengan putri
Betara wisnu (Dewi Srihunon), tetapi Bremana menolak dan atas permintaanya
putri ini dikawinkan dengan saudara mudanya (Bremani). Perkawinan
terlaksana dan dari perkawinan itu lahirlah seorang putra yang bernama Parikenan.
Setelah Bremani mendapat putera itu, Dewi Srihunon, istrinya
dikembalikan kepada mertuanya (Betara Wisnu) dengan alasan bahwa ia tidak bisa
hidup bersama lagi dengan puteri itu. Kemudian Dewi Srihunon diperistrikan
oleh Bremana. Bremana bermata jaitan, berhidung mancung, beroman muka
tenang, berambut terurai gimbal dan segala pakaiannya mirip dengan Bremani.
11. BATHARA BREMANI
Bremana Bremani, Lakon ini oleh sebagian dalang disebut
Bramana-Bramani, termasuk lakon pakem, tetapi akhir-akhir ini tidak
populer. Kisahnya tentang perkawinan putra Batara Brama, yakni Bramana dan
Bramani dengan Dewi Sri Unon, putri Batara Wisnu. Awalnya Dewi Srihunon
diperistri oleh Bambang Bremani, salah seorang putra Batara Brama. Dari
perkawinan itu Dewi Srihunon melahirkan putra tunggal bernama Bambang
Parikenan, leluhur Pandawa dan Kurawa.
Setelah melahirkan Bambang Parikenan, Dewi Srihunon
dikembalikan pada Batara Wisnu (mungkin, dalam istilah masa kini diceraikan),
dan kemudian diperistri oleh Bambang Bremana, kakak Bremani.Ketika Dewi
Srihunon hendak diperistri Bremana, awalnya wanita itu menolak.
Namun, setelah dibujuk oleh bekas suaminya, yaitu Bremani,
akhirnya Dewi Srihunon bersedia menjadi istri Bremana. Dari perkawinannya
dengan Prabu Bramana beberapa tahun kemudian Dewi Sri Unon melahirkan seorang
putri cantik, Dewi Bremanawati, yang kemudian diperistri oleh Prabu
Banjaranjali, raja Alengka.
12. BATHARA CAKRA
Atau juga disebut Cakradewa adalah putera Sang Hyang
Manikmaya atau Batara Guru dengan Batari Parwati. Batara Cakra
berkedudukan di Kahyangan Ujung Semeru. Ia menjalankan tugas sebagai
pujangga kahyangan, sedangkan Batara Ganesya atau Batara Gana bertugas menjaga
Panti Pustaka Kahyangan. Oleh karena itu Batara Cakra dan Batara Gana sama-sama
memiliki tugas membangun kesusastraan, sehingga Batara Gana sebagai lambang
dewa kebijaksanaan bidang pendidikan, Batara Cakra sebagai lambang dewa
kapujanggan.
Karya Batara Cakra yang terkenal adalah Serat Pustaka Jamus
Kalimasada dan Jitapsara. Jamus Kalimasada diberikan kepada Puntadewa,
Jitapsara diberikan kepada Begawan Palasara.
13. BATHARA CALAKUTA
Ia adalah dewa yang berkuasa atas segala serangga berbisa,
menetap di kahyangan Wisabawana yang terletak di lereng Gunung Jamurdipa.
Suatu ketika ketenangan di kahyangan Wisabawana terganggu
karena para dewa di bawah pimpinan Batara Guru sedang bergotong royong berusaha
mencabut Gunung Jamurdipa untuk digunakan mengaduk samudra dalam upaya
mendapatkan tirta amerta. Perbuatan para dewa itu membuat marah Batara Calakuta.
Sampai akhirnya timbul perselisihan diantara
mereka. Batara Calakuta dan anak buahnya kewalahan dan kemudian melarikan
diri. Dalam pelariannya Batara Calacuta menciptakan sumur beracun yang
berisi bisa kalakuta. Sampai suatu saat ketika kehausan, sebagian dari
para dewa meminum air tersebut dan kemudian menemui ajal. Begitupun Batara
Guru nyaris mengalami hal serupa jika pada saat meminumnya tidak dimuntahkan
segera. Namun karena kuatnya pengaruh bisa tersebut, maka leher batara
Guru menjadi biru karenanya. Itulah sebabnya Batara Guru mendapatkan nama
alias sebagai Sang Hyang Nilakanta yang berarti lehernya biru. Setelah
tirta amerta diperoleh, maka para dewa yang mati karena racun kalakuta dapat
dihidupkan lagi.
14. BATHARA CANDRA
Adalah salah seorang putera Batara Ismaya dengan ibunya
bernama Dewi Kanastren, sedangkan istrinya berjumlah 27 orang. Mereka itu
kakak beradik putera Sang Hyang Daksa. Dalam pewayangan dikatakan bahwa ia
adalah dewa yang bertugas mengatur dan memelihara rembulan serta
sinarnya. Ia termasuk yang disebut-sebut dalam Hastabrata sebagai dewa
yang harus diteladani sifat-sifatnya oleh raja yang bijaksana dan selalu
bersikap menyenangkan orang banyak. Dalam sebuah kisah diceritakan ada
seorang raja siluman gandarwa bernama Prabu Kala Rahu alias Rembuculung yang
hendak mencuri Tirta Amerta. Kala Rahu bersembunyi di kegelapan malam,
tetapi Batara Candra memergokinya dan melaporkan tempat persembunyiaan itu pada
Batara Guru. Pemuka Dewa itu lalu mengutus Batara Wisnu menangkap Kala
Rahu. Namun ketika hendak ditangkap, raja siluman itu melawan. Dengan
senjata cakra, Batara Wisnu memotong kepala Kala Rahu. Tubuhnya jatuh
terhempas ke bumi menjelma menjadi lesung penumbuk padi. Sementara itu
kepalanya melayang-layang di angkasa menanti kesempatan membalas untuk
menghukum Batara Candra.
Itulah yang menimbulkan legenda gerhana rembulan, yang
menyebabkan di masyarakat pedesaan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali, orang
memukul-mukul lesung bila terjadi gerhana bulan, yang dipercaya untuk menghalau
Kala Rahu.
15. BATHARA CINGKARABALA
Cingkara atau kadang-kadang disebut Cingkarabala adalah
saudara kembar Balaupata. Mereka berdua adalah putera Begawan
Bremani. Kakaknya yang sulung bernama Manumayasa. Berbeda dengan
kakaknya yang lahir sebagai manusia biasa, Cingkara dan Balaupata berujud
raksasa. Oleh Batara Guru, Cingkara dan Balaupata ditugasi untuk menjaga
Selamatangkep, yaitu gerbang yang menuju ke kahyangan Suralaya. Tentang
siapa orang tua Cingkara dan Balaupata ada versi lain yang menyebutkan bahwa
mereka bukan anak Bremani, melainkan anak Maharesi Gopatama, saudara kandung
lembu Andini.
16. BATHARA BALAUPATA
Balaupata dan Cingkarabala adalah raksasa
kembar. Mereka anak raksasa Gopatama yang masih saudara Lembu Andini. Kedua
raksasa ini ditugasi menjaga Kori Selamatangkep dan diangkat menjadi
dewa. Barang siapa yang mau masuk naik atau masuk ke Kayangan Suralaya
menghadap Batara Guru, maka harus lebih dahulu berhadapan dengan sang penjaga
Kori Selamatangkep yang berwujud raksasa kembar. Siapapun yang sanggup
mengalahkan atau mendapat izin dari raksasa kembar dapat menghadap Batara Guru.
17. BATHARA DARMA
Batara Darma dikenal sebagai dewa yang bertugas menjaga
tegaknya keadilan dan kebenaran dalam dunia pewayangan. Dewa inilah yang
sebenarnya ayah biologis Puntadewa, atas izin Prabu Pandu Dewanata, istrinya
yang bernama Dewi Kunti menerapkan ajian Adityarhedaya untuk mengundang para
dewa. Dewa yang pertama dipanggil adalah Batara Darma ini. Batara
Darma pernah melindungi Dewi Drupadi, ketika istri Puntadewa itu akan
ditelanjangi oleh Dursasana. Waktu itu setelah Pandawa ditipu dan kalah
main judi dengan para Kurawa, Dewi Drupadi dianggap sebagai barang taruhan yang
dimenangkan oleh Kurawa. Di hadapan banyak orang, Dursasana mencoba
melepas kain yang dikenakan Dewi Drupadi, namun selalu gagal. Setiap kali
kain yang dikenakan dilepaskan dari tubuh Drupadi, saat itu pula secara gaib
tubuh Drupadi terlapisi oleh kain yang lain, berkat pertolongan Batara
Darma. Setelah itu, menjelang berakhirnya masa pembuangan Pandawa di hutan
Kamiyaka, Batara Darma datang menguji rasa keadilan Puntadewa,
anaknya. Dewa itu menyaru sebagai raja gandarwa dan membunuh adik-adik
Puntadewa satu persatu. Ia lalu mengajukan berbagai pertanyaan tes pada
Puntadewa yang ternyata dijawab dengan sangat memuaskan. Ketika Puntadewa
disuruh memilih mana diantara adik-adiknya yang akan dihidupkan kembali,
Puntadewa pun menjawab dengan pertimbangan keadilan yang matang. Karena
jawaban Puntadewa yang memuaskan ini, raja gandarwa lalu berubah ujud menjadi
Batara Darma, dan keempat adik Puntadewa dihidupkan kembali. Menjelang
kematian Pandawa, Batara Darma juga menjelma menjadi anjing peliharaan
Puntadewa. Anjing itu terus mengikuti perjalanan Pandawa dalam perjalanan
kelana menjemput kematian dan mengantar Puntadewa sampai ke pintu
sorga. Namun ketika Puntadewa hendak masuk ke sorga, oleh penjaga gerbang
sorga anjing itu dilarang masuk. Karena penolakan itu Puntadewa lalu
protes, Puntadewa enggan masuk ke dalam sorga yang tidak menghargai sebuah
kesetiaan. Pada saat itulah si anjing berubah ujud menjadi Batara
Darma.
18. Dewa Ruci
Dewa Ruci meminta Bima untuk masuk kedalam badannya, melalui telinga kirinya. Walaupun dewa ini sangat kecil, tetapi Bima dapat masuk ke dalam tubuh Dewa Ruci dan menemukan dirinya berada pada suatu dunia yang sangat mengagumkan, damai, dan indah, dimana ia merasa sangat nyaman dan karena itu Bima ingin tetap tinggal disana.Dewa Ruci kemudian menjelaskan makna Dari apa yang dilihatnya dan makna dari kehidupan. Menjawab keinginan Bima untuk tinggal disana, Dewa Ruci mengatakan ia bisa tinggal disana setelah kematiannya. Tetapi untuk saat ini, ia harus kembali ke bumi bersama dengan saudara-saudaranya untuk melaksakan kewajiban sebagai ksatria. Bima mengikuti Dewa Ruci dan kembali ke dunia nyata untuk melanjutkan perlawanannya memerangi kejahatan, membela saudara-saudaranya melawan Kurawa.
Dewa Ruci meminta Bima untuk masuk kedalam badannya, melalui telinga kirinya. Walaupun dewa ini sangat kecil, tetapi Bima dapat masuk ke dalam tubuh Dewa Ruci dan menemukan dirinya berada pada suatu dunia yang sangat mengagumkan, damai, dan indah, dimana ia merasa sangat nyaman dan karena itu Bima ingin tetap tinggal disana.Dewa Ruci kemudian menjelaskan makna Dari apa yang dilihatnya dan makna dari kehidupan. Menjawab keinginan Bima untuk tinggal disana, Dewa Ruci mengatakan ia bisa tinggal disana setelah kematiannya. Tetapi untuk saat ini, ia harus kembali ke bumi bersama dengan saudara-saudaranya untuk melaksakan kewajiban sebagai ksatria. Bima mengikuti Dewa Ruci dan kembali ke dunia nyata untuk melanjutkan perlawanannya memerangi kejahatan, membela saudara-saudaranya melawan Kurawa.
19. BATHARA DEWASRANI
Ia adalah putra Sanghyang Manikmaya, raja tribuana dengan
Bathari Durga, wujud Dewi Umayi setelah terkena kutukan Sanghyang
Manikmaya. Ia lahir di istana siluman, Setragandamayit. Bathara
Dewasrani memiliki lima orang saudara satu ibu lain ayah, yang secara fisik
merupakan putra Bathari Durga / Dewi Pramuni dengan Bathara Kala, masing-masing
bernama; Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati, Bathara Kalayuwana, Bathara
Kalagotama dan Bathara Kartinea. Bathara Dewasrani berwajah
tampan. Selain sakti, juga memiliki Aji Kawrastawan, dapat beralih rupa
menjadi apa saja sesuai kehendaknya. Bathara Dewasrani memiliki sifat dan
perwatakan; serakah, bengis, kejam, suka membuat usil dan mau benarnya
sendiri. Berkali-kali ia membuat keributan di Jonggirisaloka dengan
berbagai tuntutan yang aneh-aneh. Bathara Dewasrani pernah menuntut untuk
dijadikan raja di Kahyangan Kaideran dan dijodohkan dengan Dewi
Supraba. Ketika keingginannya ditolak Sanghyang Manikamaya, ia mengamuk,
tetapi dapat dikalahkan Bathara Indra. Dewasrani juga pernah
mengejar-ngejar Dewi Sri Widowati / Dewi Srisekar, istri Bathara Wisnu sampai
keluar Kahyangan Untarasegara.Atas perbuatannya itu ia dikutuk Bathara Wisnu
menjadi babi hutan, dan dapat kembali kewujud aslinya setelah diruwat ibunya,
Dewi Pramuni atau Bathari Durga. Berkali-kali Dewasrani menitis atau
menjelma menjadi raja raksasa untuk membuat kekacauaan di Arcapada. Tetapi
semua tindakannya itu selalu dapat digagalkan Bathara Wisnu. Karena
berbagai tindakannya itu, Dewasrani dikenal sebagai lambang kejahatan.
20. DEWI DRESNALA
Dia adalah putri ke-10 Sang Hyang Brahma dengan permaisuri
Dewi Raraswati. Ia memiliki 13 saudara kandung diantaranya: Dewi
Bramanistri yang diberikan kepada Garuda Briawan / Suwarna / Aruni dan
menurunkan golongan garuda, Dewi Bramaniyuta yang menikah dengan Batara Srinada
/ Prabu Basurata raja negri Wirata, Dewi Bremani yang menikah dengan Prabu
Banjaranjali yang menurunkan raja-raja negara Alengka
termasuk Prabu Dasamuka. Dewi Dresnala juga memiliki 8 orang saudara
seayah lain ibu, diantaranya: Batara Brahmanaresi yang menikah dengan Dewi
Srihuna, putri Sang Hyang Wisnu. Kemudian Batara Brahmanasadewa yang
menikah dengan Dewi Srinadi, putri Sang Hyang Wisnu, berputra Prabu Brahmakestu
yang menurunkan raja-raja di Maespati. Dewi Dresanala pernah dianugerahkan
kepada Arjuna, yang kala itu menjadi raja di Kahyangan Kainderan atas jasanya
membunuh Prabu Niwatakawaca raja raksasa negara Manikmantaka. Dari
perkawinan itu lahirlah Wisanggeni.
21. RESI DRUWASA
Resi Druwasa adalah guru Dewi Kunti yang mengajarkan Ajian Adityarhedaya. Sebenarnya ilmu itu tidak dapat diajarkan pada gadis yang belum menikah, tetapi karena Dewi Kunti terus merengek, akhirnya Resi Druwasa mengajarkan ilmu itu dengan pesan agar jangan sekali-kali dicoba digunakan.Namun pada suatu pagi, di ranjang tidurnya, Dewi Kunti mencoba keampuhan ilmu itu, akibatnya datanglah Batara Surya kepadanya, dan terjadilah sesuatu yang tidak diharapkan. Dewi Kunti mengandung, padahal ia masih gadis.Karena kejadian ini, ayah Dewi Kunti, Prabu Kuntiboja mempersalahkan Resi Druwasa dan menuntut agar Resi Druwasa melahirkan jabang bayi yang dikandung Dewi Kunti tanpa merusak kegadisannya. Oleh Resi Druwasa, bayi itu akhirnya dikeluarkan lewat telinga Dewi Kunti, sebab ilmu yang diajarkan masuk ke dalam diri Dewi Kunti juga lewat telinga.Sesudah dilahirkan, Prabu Kuntiboja memerintahkan bayi itu dibuang ke sungai, kelak bayi ini menjadi seorang ksatria sakti bernama Basukarna. Sebagai seorang yang berilmu tinggi, Resi Druwasa tahu kelak Dewi Kunti akan sangat membutuhkan ilmu ini. Suatu ketika suaminya tidak akan dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena kutukan Begawan Kimindama, padahal ia sangat membutuhkan keturunan. Maka ajian Adityarhedaya terbukti memang bermanfaat untuk memanggil para dewa, sehingga garis keturunannya tidak terputus.
Resi Druwasa adalah guru Dewi Kunti yang mengajarkan Ajian Adityarhedaya. Sebenarnya ilmu itu tidak dapat diajarkan pada gadis yang belum menikah, tetapi karena Dewi Kunti terus merengek, akhirnya Resi Druwasa mengajarkan ilmu itu dengan pesan agar jangan sekali-kali dicoba digunakan.Namun pada suatu pagi, di ranjang tidurnya, Dewi Kunti mencoba keampuhan ilmu itu, akibatnya datanglah Batara Surya kepadanya, dan terjadilah sesuatu yang tidak diharapkan. Dewi Kunti mengandung, padahal ia masih gadis.Karena kejadian ini, ayah Dewi Kunti, Prabu Kuntiboja mempersalahkan Resi Druwasa dan menuntut agar Resi Druwasa melahirkan jabang bayi yang dikandung Dewi Kunti tanpa merusak kegadisannya. Oleh Resi Druwasa, bayi itu akhirnya dikeluarkan lewat telinga Dewi Kunti, sebab ilmu yang diajarkan masuk ke dalam diri Dewi Kunti juga lewat telinga.Sesudah dilahirkan, Prabu Kuntiboja memerintahkan bayi itu dibuang ke sungai, kelak bayi ini menjadi seorang ksatria sakti bernama Basukarna. Sebagai seorang yang berilmu tinggi, Resi Druwasa tahu kelak Dewi Kunti akan sangat membutuhkan ilmu ini. Suatu ketika suaminya tidak akan dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena kutukan Begawan Kimindama, padahal ia sangat membutuhkan keturunan. Maka ajian Adityarhedaya terbukti memang bermanfaat untuk memanggil para dewa, sehingga garis keturunannya tidak terputus.
22. Bathari Durga
Sebenarnya pada awalnya adalah istri Batara Guru. Yakni waktu ia masih berwajah cantik, dan masih bernama Dewi Uma atau Dewi Umayi. Suatu sore menjelang senja, Batara Guru dan Dewi Uma pergi menghibur diri menunggang Lembu Andini mengangkasa melihat-lihat pemandangan alam. Di atas lautan dekat Nusakambangan, sewaktu angin menyingkap kain yang dikenakan Dewi Uma, Batara Guru tergiur melihat betis istrinya. Ia lalu merayu Dewi Uma dan mengajaknya memadu kasih saat itu juga di atas punggung Lembu Andini. Namun Dewi Uma menolak ajakan itu karena merasa hal itu sangat tidak pantas. Batara Guru tidak menghiraukan penolakan istrinya, dan terus berusaha merayu, sedangkan Dewi Uma terus berusaha menghindar. Akhirnya, karena tak lagi dapat menahan hasratnya, keluarlah (mani) Batara Guru, jatuh ke laut. Penolakan Dewi Uma membuat Batara Guru kesal dan marah. Sepulangnya di kahyangan mereka bertengkar. Apalagi secara diam-diam Lembu Andini kemudian saling memanas-manasi mereka. Dalam keadaan marah Dewi Uma mengatakan: "Perbuatan seperti tadi Kakanda hanya pantas dilakukan oleh makhluk yang bertaring panjang" Karena Dewi Uma memiliki kesaktian tinggi, apa yang diucapkannya itu kemudian terjadi. Bukan main marah Batara Guru setelah menyadari taringnya tumbuh menjadi panjang. Tanpa berpikir lagi ia segera membalas mengutuk Dewi Uma menjadi seorang raseksi. Setelah saling kutuk mengutuk itu keduanya sama-sama menyesal. Karena Dewi Uma telah terlanjur berubah ujud menjadi raksasa, maka Batara Guru menganggapnya tidak pantas lagi menjadi istrinya. Karena itu Batara Guru lalu mengganti tubuh jasmaninya dengan tubuh Sang Hyang Permoni yang cantik tapi berhati dengki dan culas. Sedangkan jiwa Sang Hyang Permoni dimasukkan ke tubuh Dewi Uma yang telah berujud raksasa itu, dan diberi nama Batari Durga. Beberapa saat kemudian datanglah makhluk ganas yang berasal dari kama benih Batara Guru yang jatuh ke laut itu. Makhluk ini mengamuk di kahyangan lalu mengajukan tiga tuntutan, yakni minta diakui sebagai anak, diberi nama, dan diberi istri. Gugatan ini dikabulkan Batara Guru. Makhluk itu diberi nama Batara Kala, dan diberi istri Batari Durga. Mereka diberi tempat di Kahyangan Setra Gandamayit, di Hutan Krendawahana. Di tempat ini mereka berkuasa atas segala macam jin, gandarwa, hantu, dan makhluk halus lainnya. Dalam pewayangan, Batari Durga menjadi sesembahan oleh mereka yang memiliki sifat suka mengambil jalan pintas.Burisrawa, misalnya, menyembah dan mohon pertolongan Batari Durga ketika ia tidak dapat membendung rasa rindunya pada Dewi Subadra, istri Arjuna. Dengan bantuan Batari Durga, Burisrawa dapat masuk ke Kasatrian Madukara tanpa diketahui dan kemudian nyaris dapat menodai Subadra.(Lakon Sembadra Larung) Lesmana Mandrakumara, putra sulung Prabu Anom Duryudana, juga pernah minta bantuan Batari Durga agar dapat mempersunting Dewi Pregiwati, putri Arjuna.Walaupun Durga membantunya, usaha ini gagal dan Dewi Pregiwati menjadi istri Pancawala, putra Prabu Yudistira. Kelak, menjelang pecah Baratayuda, Batari Durga pernah dimintai tolong oleh Dewi Kunti, agar membinasakan gandarwa Kalantaka dan Kalanjaya. Kedua gandarwa sakti itu mengancam keselamatan Pandawa, karena mereka hendak membantu Kurawa. Batari Durga bersedia memenuhi permintaan Kunti, dengan syarat ibu para Pandawa itu harus menyerahkan Sadewa sebagai kurban.Dewi Kunti tidak sanggup memenuhi permintaan Betari Durga itu. Namun ternyata akhirnya Batari Durga dapat pulih kembali menjadi bidadari cantik setelah diruwat oleh Sadewa, salah seorang si kembar dari keluarga Pandawa. Sadewa sanggup meruwat Batari Durga setelah tubuhnya disusupi oleh Batara Guru. Peristiwa itu dikisahkan dalam lakon Sudamala atau Murwakala. Walaupun pada Wayang Purwa tokoh Batari Durga sering dilukiskan jahat, bengis, dan menakutkan, beberapa sekte agama di India, terutama di wilayah utara, Durga dipuja sebagai dewi pelindung. Mereka percaya Durga adalah Dewi Penolong bagi orang yang sedang terkena musibah atau menderita karena suatu perlakuan yang tidak adil. Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, tokoh Batari Durga digambarkan dengan tiga wanda, yakni wanda Gidrah, wanda Wewe, dan wanda Gedrug.
Sebenarnya pada awalnya adalah istri Batara Guru. Yakni waktu ia masih berwajah cantik, dan masih bernama Dewi Uma atau Dewi Umayi. Suatu sore menjelang senja, Batara Guru dan Dewi Uma pergi menghibur diri menunggang Lembu Andini mengangkasa melihat-lihat pemandangan alam. Di atas lautan dekat Nusakambangan, sewaktu angin menyingkap kain yang dikenakan Dewi Uma, Batara Guru tergiur melihat betis istrinya. Ia lalu merayu Dewi Uma dan mengajaknya memadu kasih saat itu juga di atas punggung Lembu Andini. Namun Dewi Uma menolak ajakan itu karena merasa hal itu sangat tidak pantas. Batara Guru tidak menghiraukan penolakan istrinya, dan terus berusaha merayu, sedangkan Dewi Uma terus berusaha menghindar. Akhirnya, karena tak lagi dapat menahan hasratnya, keluarlah (mani) Batara Guru, jatuh ke laut. Penolakan Dewi Uma membuat Batara Guru kesal dan marah. Sepulangnya di kahyangan mereka bertengkar. Apalagi secara diam-diam Lembu Andini kemudian saling memanas-manasi mereka. Dalam keadaan marah Dewi Uma mengatakan: "Perbuatan seperti tadi Kakanda hanya pantas dilakukan oleh makhluk yang bertaring panjang" Karena Dewi Uma memiliki kesaktian tinggi, apa yang diucapkannya itu kemudian terjadi. Bukan main marah Batara Guru setelah menyadari taringnya tumbuh menjadi panjang. Tanpa berpikir lagi ia segera membalas mengutuk Dewi Uma menjadi seorang raseksi. Setelah saling kutuk mengutuk itu keduanya sama-sama menyesal. Karena Dewi Uma telah terlanjur berubah ujud menjadi raksasa, maka Batara Guru menganggapnya tidak pantas lagi menjadi istrinya. Karena itu Batara Guru lalu mengganti tubuh jasmaninya dengan tubuh Sang Hyang Permoni yang cantik tapi berhati dengki dan culas. Sedangkan jiwa Sang Hyang Permoni dimasukkan ke tubuh Dewi Uma yang telah berujud raksasa itu, dan diberi nama Batari Durga. Beberapa saat kemudian datanglah makhluk ganas yang berasal dari kama benih Batara Guru yang jatuh ke laut itu. Makhluk ini mengamuk di kahyangan lalu mengajukan tiga tuntutan, yakni minta diakui sebagai anak, diberi nama, dan diberi istri. Gugatan ini dikabulkan Batara Guru. Makhluk itu diberi nama Batara Kala, dan diberi istri Batari Durga. Mereka diberi tempat di Kahyangan Setra Gandamayit, di Hutan Krendawahana. Di tempat ini mereka berkuasa atas segala macam jin, gandarwa, hantu, dan makhluk halus lainnya. Dalam pewayangan, Batari Durga menjadi sesembahan oleh mereka yang memiliki sifat suka mengambil jalan pintas.Burisrawa, misalnya, menyembah dan mohon pertolongan Batari Durga ketika ia tidak dapat membendung rasa rindunya pada Dewi Subadra, istri Arjuna. Dengan bantuan Batari Durga, Burisrawa dapat masuk ke Kasatrian Madukara tanpa diketahui dan kemudian nyaris dapat menodai Subadra.(Lakon Sembadra Larung) Lesmana Mandrakumara, putra sulung Prabu Anom Duryudana, juga pernah minta bantuan Batari Durga agar dapat mempersunting Dewi Pregiwati, putri Arjuna.Walaupun Durga membantunya, usaha ini gagal dan Dewi Pregiwati menjadi istri Pancawala, putra Prabu Yudistira. Kelak, menjelang pecah Baratayuda, Batari Durga pernah dimintai tolong oleh Dewi Kunti, agar membinasakan gandarwa Kalantaka dan Kalanjaya. Kedua gandarwa sakti itu mengancam keselamatan Pandawa, karena mereka hendak membantu Kurawa. Batari Durga bersedia memenuhi permintaan Kunti, dengan syarat ibu para Pandawa itu harus menyerahkan Sadewa sebagai kurban.Dewi Kunti tidak sanggup memenuhi permintaan Betari Durga itu. Namun ternyata akhirnya Batari Durga dapat pulih kembali menjadi bidadari cantik setelah diruwat oleh Sadewa, salah seorang si kembar dari keluarga Pandawa. Sadewa sanggup meruwat Batari Durga setelah tubuhnya disusupi oleh Batara Guru. Peristiwa itu dikisahkan dalam lakon Sudamala atau Murwakala. Walaupun pada Wayang Purwa tokoh Batari Durga sering dilukiskan jahat, bengis, dan menakutkan, beberapa sekte agama di India, terutama di wilayah utara, Durga dipuja sebagai dewi pelindung. Mereka percaya Durga adalah Dewi Penolong bagi orang yang sedang terkena musibah atau menderita karena suatu perlakuan yang tidak adil. Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, tokoh Batari Durga digambarkan dengan tiga wanda, yakni wanda Gidrah, wanda Wewe, dan wanda Gedrug.
23. BATHARA DWAPARA
Batara Dwapara adalah dewa berhati culas, iri dan dengki, sering memfitnah para dewa lainnya. Karena sifat-sifatnya yang buruk itu tidak juga berkurang, ia diusir dari kahyangan lalu dikutuk oleh Sang Hyang Tunggal untuk turun ke dunia guna melampiaskan sifat buruknya. Akibat kutukan Sang Hyang Tunggal itu, Batara Dwapara terpaksa turun ke dunia dan menetes ke seorang bayi, putra Prabu Suwala, Raja Plasajenar. Bayi itu adalah Arya Suman yang setelah dewasa memiliki nama alias Sengkuni. Kutukan itu diterima Batara Dwapara sewaktu ia diketahui oleh para dewa lainnya telah memfitnah Batara Bayu. Itu pula sebabnya, Patih Sengkuni memiliki watak buruk sebagai tukang fitnah dan dengki. Dan itu pula sebabnya, Bima sebagai anak Batara Bayu sangat geram terhadap Sengkuni.
Batara Dwapara adalah dewa berhati culas, iri dan dengki, sering memfitnah para dewa lainnya. Karena sifat-sifatnya yang buruk itu tidak juga berkurang, ia diusir dari kahyangan lalu dikutuk oleh Sang Hyang Tunggal untuk turun ke dunia guna melampiaskan sifat buruknya. Akibat kutukan Sang Hyang Tunggal itu, Batara Dwapara terpaksa turun ke dunia dan menetes ke seorang bayi, putra Prabu Suwala, Raja Plasajenar. Bayi itu adalah Arya Suman yang setelah dewasa memiliki nama alias Sengkuni. Kutukan itu diterima Batara Dwapara sewaktu ia diketahui oleh para dewa lainnya telah memfitnah Batara Bayu. Itu pula sebabnya, Patih Sengkuni memiliki watak buruk sebagai tukang fitnah dan dengki. Dan itu pula sebabnya, Bima sebagai anak Batara Bayu sangat geram terhadap Sengkuni.
24. Bathari GAGARMAYANG
Dia adalah bidadari keturunan Sang Hyang Triyarta. Ia
memiliki saudara kembar bernama Batari Prabasini. Meskipun memiliki bentuk
badan ceking, namun karena kecantikan dan daya sensualnya yang tinggi, Batari
Gagarmayang oleh Sang Hyang Manikmaya ditetapkan sebagai salah stau dari 7
bidadari upacara di Suralaya. Bidadari lainnya adalah Batari Supraba, Dewi
Lenglengdanu, Batari Irimirin, Batari Tunjungbiru, Batari Warsiki dan Batari
Wilutama. Dalam kisah Arjuna wiwaha, Batari Gagarmayang pernah diturunkan
ke dunia bersama keenam bidadari suralaya lainnya melaksanakan perintah Sang
Hyang Indra untuk menggagalkan konsentrasi Arjuna yang sedang bertapa di Goa
Mintaraga di lereng Gunung Indrakila. Mereka gagal dalam tugasnya karena
Arjuna tetap konsisten dengan tapanya dan tidak terpengaruh sama sekali atas
godaan sensualitas dari bidadari-bidadari nan jelita itu. Malah justru
bidadari-bidadari itulah yang sebenarnya "jatuh cinta" kepada
kegagahan Arjuna.
25. BATHARA Ganesa
Disebut juga Batara Ganapati atau Batara Gana, dianggap
sebagai Dewa Pendidikan, Sastra, dan Penyebar Ilmu Pengetahuan. Ia adalah
anak Batara Guru dari Dewi Umaranti, yang tinggal di kahyangan
Glugutinatar.Batara Ganesa lahir tidak dalam bentuk manusia, melainkan dalam
ujud menyerupai gajah, lengkap dengan gading dan belalainya. Hal ini
terjadi karena sesaat setelah Batara Guru dan Dewi Uma saling bercumbu kasih,
para dewa datang menghadap. Di antara mereka yang datang menghadap adalah
Batara Endra yang mengendarai Gajah Airawata. Gajah itu luar biasa besar,
sehingga membuat takjub dan kaget Dewi Uma, yang saat itu lagi mengandung. Karena
ketakjubannya itu, maka kemudian Dewi Umaranti melahirkan putera yang bentuk
dan wajahnya mirip sekali dengan gajah. Bayi gajah Ganesa ternyata juga
memiliki kesaktian luar biasa. Ia dapat mengalahkan raja raksasa
Nilarudraka dari pemerintah Glugutinatar, yang datang menyerbu
kahyangan. Ketika itu raja raksasa gandarwa itu mengamuk karena lamarannya
pada Dewi Gagarmayang ditolak. Setelah dikalahkan, Glugutinatar dijadikan
kahyangannya. Dalam pewayangan, pada lakon Batara Brama Krama, Batara Ganesa
pernah diruwat oleh Batara Brama sehingga ujudnya menjadi dewa yang tampan,
tidak lagi berkepala gajah. Setelah ujudnya berubah, Batara Ganesa dikenal
dengan sebutan Batara Mahadewa. Menurut Adiparwa, yaitu bagian pertama
dari Mahabarata, Ganesa juga berjasa menjadi juru tulis Empu Wyasa yang
mengarang kitab Mahabarata itu. Nama lain Batara Ganesa adalah Ganapati,
Lambakarna, Gajanana, Karimuka dan Gajawadana.
26.Bathari Gangga
Disebut juga Batari Ganggawati, Dewi Angga, Dewi Jahnawi, Dewi Jumpini. Dia adalah istri pertama Prabu Santanu, raja negri Astina. Sebenarnya dia adalah seorang bidadari yang terkena kutukan dewa sehingga harus menjalani hidup di dunia.
Disebut juga Batari Ganggawati, Dewi Angga, Dewi Jahnawi, Dewi Jumpini. Dia adalah istri pertama Prabu Santanu, raja negri Astina. Sebenarnya dia adalah seorang bidadari yang terkena kutukan dewa sehingga harus menjalani hidup di dunia.
27. BATHARA INDRA
Ia adalah dewa keindahan dan dewa prajurit yang memerintah
dan mengepalai para hapsari atau bidadari di kahyangan kainderan. Dia
adalah putra ketiga dari Sang Hyang Manikmaya dengan permaisuri Dewi
Umayi. Batara Indra memiliki 5 saudara sekandung yaitu Sang Hyang Sambo,
Sang Hyang Brahma, Sang Hyang Bayu, Sang Hyang Wisnu dan Batara Kala. Ia
juga memiliki 3 orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umarakti yaitu Sang
Hyang Cakra, Sang Hyang Mahadewa dan Sang Hyang Asmara.Sang Hyang Indra sangat
sakti, ketika tiwikrama memiliki wibawa halilintar.Memiliki kendaraan gajah yang
sangat besar bernama Erawana.Sang Hyang Indra tinggal di kahyangan Rinjamaya
dan menikah dengan Dewi Wiryati yang menghasilkan 7 anak yaitu Dewi Tara, Dewi
Tari, Batara Citrarata, Batara Citragana, Batara Jayantaka, Batara Jayantara
dan Batara Harjunawangsa.
28. Bathari IRIM-IRIN
Disebut juga DEWI IRIM-IRIN dikenal pula dengan nama Dewi
Surendra (pedalangan Jawa), yang memiliki arti "Seorang yang nafsu
birahinya (semangat keseksualannya) sangat besar." Dewi Irim-irin adalah
salah seorang diantara bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari tujuh orang,
yaitu Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Irnimirin, Dewi Gagarmayang, Dewi
Tunjungbiru, Dewi Warsiki dan Dewi Wilutama. Karena kecantikannya Dewi
Irimirin pernah menimbulkan peperangan hebat antara Suralaya dengan negara
Nusahambara. Prabu Kalimantara, raja raksasa negara tersebut mengutus
kedua senapati perangnya Arya Dadali dan Arya Sarotama untuk melamar Dewi
Irimirin. Karena lamarannya ditolak para dewa, Prabu Kalimantara
mengerahkan angkatan perangnya untuk menyerang Suralaya. Angkatan perang
dewa tidak dapat membendung serangan negara Nusahambara. Kesaktian Prabu
Kalimantara, Arya Dadali dan Arya Sarotama tidak terkalahkan oleh para
dewa.Dewa kemudian minta bantuan Bambang Sakutrem, putra Resi Manumayasa dari
pertapaan Retawu untuk menghadapinya. Dengan kesaktiannya, Sakutrem
berhasil membinasakan Prabu Kalimantara, Arya Dadali dan Sarotama yang kemudian
berubah wujud menjadi pusaka -pusaka kadewatan berupa Jamus Kalimasada, panah
Ardadadali dan panah Sarotama. Dengan peristiwa tersebut, Dewi Irimirin
adalah bidadari pertama yang menjadi awal mula turunnya pusaka-pusaka kadewatan
diberikan kepada umat marcapada.
29. SANGHYANG Ismaya / SEMAR
Dia adalah putra kedua Sanghyang Tunggal dengan Dewi Wirandi
/ Rekatawati, putri Prabu Yuyut / Resi Rekatama, raja Samodralaya. Ia
memiliki dua saudara kandung bernama Sanghyang Tejamaya / Sanghyang Antaga dan
Sanghyang Manikmaya. Sanghyang Ismaya juga memiliki tiga orang saudara
kandung seayah lain ibu, putra Dewi Darmani, putri Sanghyang Darmayaka dari
Selong, masing-masing bernama; Sanghyang Rudra / Dewa Esa, Sanghyang Dewanjali
dan Sanghyang Darmastuti.Sanghyang Ismaya dikenal pula dengan nama Sanghyang
Punggung (Purwakanda) . Ia menikah dengan Dewi Senggani, putri Sanghyang
Wening. Dari perkawinan tersebut ia mendapatkan 10 orang putra
masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tembora, Bathara Kuwera,
Bathara Wrahaspati, Bathara Syiwah, Bathara Surya, Bathara Chandra, Bathara
Yama / Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Bathari Darmastutri. Sanghyang
Ismaya berwajah tampan. Suatu ketika ia berkelahi dengan Sanghyang
Tejamaya karena memperebutkan siapa yang tertua diantara mereka dan yang berhak
menjadi raja tribuana. Akibatnya wajah mereka menjadi jelek. Oleh
Sanghyang Tunggal mereka diberitahu, bahwa dahulu mereka lahir berwujud
telor. Yang tertua Sanghyang Tejamaya (tercipta dari kulit telur, kemudian
Sanghyang Ismaya (tercipta dari putih telur) dan Sanghyang Manikmaya yang
tercipta dari kuning telur. Karena kesalahannya itu, Sanghyang Ismaya dan
Sangyang Tejamaya harus turun ke Marcapada. Sanghyang Tejamaya mendapat tugas
memberi tuntunan para angkara dan berganti nama menjadi Togog. Batahara Ismaya
mendapat tugas menjadi pamong trah Witaradya. Ia turun ke pertapaan Paremana
menjelma pada cucu nya sendiri, Smara / Semar putra Bathara Wungkuam, yang
menjadi saudara ipar Resi Manumayasa.
30. Bathara Kala
Dia adalah putra yang ke-6/putra bungsu Sanghyang Manikmaya,
raja tribuana dengan Dewi Umayi. Ia satu-satunya yang berwujud raksasa
dari ke-6 saudara kandungnya, karena ia tercipta dari "kama salah"
Sanghyang Manikmaya yang jatuh ke dalam samudera dan menjelma menjadi bayi
rakasasa.Ke-5 kakak kandungnya masing-masing bernama; Sanghyang Sambo,
Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu dan Sanghyang
Wisnu. Bathara Kala juga memiliki tiga orang saudara seayah lain ibu,
putra Dewi Umakarti, yaitu; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang
Asmara.Bathara Kala bertempat tinggal di Kahyangan Selamangumpeng. Ia
menikah dengan Dewi Pramuni, ratu penguasa makhluk siluman yang berkahyangan di
Setragandamayit. Dari perkawinan tersebut Bathara Kala memperoleh lima
orang putra masing-masing bernama; Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati, Bathara
Kalayuwana, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea. Bathara Kala sangat
sakti sejak bayi. Ketika mengamuk di Suralaya, ia hanya bisa ditaklukan
oleh Sanghyang Manikmaya dengan Aji Kemayan. Kedua taringnya dipotong,
yang kanan menjadi keris Kalanadah dan yang kiri menjadi keris Kaladite. Selain
Sanghyang Manikmaya, hanya Sanghyang Wisnu yang dapat mengalahkan Bathara
Kala. Meskipun sakti, Bathara Kala sangat dungu dan tak pernah mulai
mengadakan persoalan ataupun peperangan. Ia sering kali bertindak salah
tetapi tidak disengaja, hanya karena kebodohannya. Bathara Kala akan
membela diri dan haknya apabila diserang atau dianiaya.Membunuh makhluk lain
tidak untuk kesenangan, tetapi karena kebutuhan untuk membela
kehidupan. Bathara kala lazim dipergunakan sebagai lambang keangkaramurkaan.
31. BATHARA KALAGUMARANG
31. BATHARA KALAGUMARANG
Ia adalah putra Bathara Kalakeya, yang berarti cucu Bathari
Durga / Dewi Pramuni dengan Bathara Kala, dari kahyangan
Setragandamayit. Bathara Kalagumarang diperintahkan oleh Sanghyang
Manikmaya untuk turun ke Arcapada menemukan seperangkat gamelan
ketoprak. Benda tersebut sangat diperlukan oleh Sanghyang Manikmaya untuk
memenuhi permintaan Dewi Tisnowati, wanita yang tercipta dari Cupu Retnadumilah
milik Sanghyang Kanekaputra yang jatuh ke dalam rongga mulut Hyang Anantaboga. Karena
mendapat wewenang untuk melakukan apa saja sesuai kehendaknya, dalam
perjalannya Bathara Kalagumarang selalu membuat keonaran. Setiap dewa yang
ditemuinya di perjalanan dihajarnya. Ia juga merusak perkampungan penduduk
dan membunuh orang-orang yang tak berdosa. Tindakannya itu menimbulkan
banyak kekacauan di Arcapada. Pada suatu saat Bathara Kalagumarang bertemu
dengan Dewi Sri, istri Sanghyang Wisnu. Ia langsung mengejarnya dan
bermaksud untuk memperistrinya. Perbuatannya itu diketahui Sanghyang Wisnu
yang mengutuknya menjadi babi hutan. Mengetahui wujudnya berubah menjadi
babi hutan, Bathara Kalagumarang semakin marah dan beringas. Ia terus
mengejar-ngejar Dewi Sri yang akhirnya sampai di negara
Medangkamulan. Bathara Kalagumarang akhirnya mati disambar oleh Prabu
Makukuhan, yang sesungguhnya penjelmaan Bathara Srigati, putra Sanghyang Wisnu
dengan Dewi Srisekar / Sri Widowati.
32. KALARAHU
Ia adalah makhluk berwujud raksasa anak maharsi
Kasyapa dengan Dewi Sinhika. Kalarahu memiliki saudara tunggal ibu yaitu
Sucandra, Candrahantri dan Candrapramardana.Kalarahu sangat membenci Batara
Surya dan Batara Candra sehingga sering matahari dan bulan ditelan olehnya
sehingga menimbulkan gerhana matahari dan bulan. Latar belakang kebencian
itu adalah dimulai dari pencarian tirta amerta oleh para dewa. Tirta
amerta adalah air suci yang jika diminum akan melanggengkan umur, kalis dari
kematian dan menjadi makhluk abadi. Kalarahu menyusup diantara rombongan
dewa yang mengantri untuk meminumnya. Tepat ketika air di teguknya, Batara
Surya dan Batara Candra meneriakinya bahwa dia adalah penyusup. Mengetahui
hal tersebut Batara Wisnu langsung melemparkan senjata cakra dan seketika
kepala Kalarahu langsung terpenggal meninggalkan badannya. Badan Kalarahu
jatuh ke bumi dan kemudian berubah menjadi lesung penumbuk padi. Sementara
karena telah berhasil meminum tirta amerta, maka kepala Kalarahu tidak mati dan
melesat dan mengembara ke angkasa.
33. BATHARA KALAYUWANA
Dia adalah putra ke-3 dari lima bersaudara putra Batahara
Kala dengan Bathari Durga dari kahyangan Setragandamayit. Ke-4 saudaranya
yang lain adalah Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati menikah dengan Ditya
Rudramurti memiliki anak lelaki (berujud raksasa) yang diberi nama Wisnungkara,
yang kemudian menurunkan para raja raksasa, diantaranya Arya Kunjarakresna yang
berputra Prabu Yudakalakresna serta Arya Singamulangjaya, raja dan patih negara
Dwarawati, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea. Sebagaimana anak
Bathara Kala yang lain, Bathara Kalayuwana juga memiliki sifat perwatakan
berangasan, tinggi hati, serakah dan mau menang dan benarnya
sendiri. Akibat dari sifat berangasan dan kesombongan Bathara Kalayuwana
perang besar pernah terjadi di Suralaya, antara para dewa melawan tim raksasa
dan para siluman dari Setragandamayit. Peperangan terjadi sebagai akibat
kemajuan Bathara Kalayuwana yang tidak dapat menerima penolakan Bathara Guru
atas pinangannya terhadap Dewi Gagarmayang. Perang baru berakhir setelah
Sanghyang Brahma turun ke arcapada untuk meminta bantuan Resi Kiswabrisma, cucu
buyut Dewi Brahmanisri dengan Garuda Aruni / Garuda Briawan. Dewi
Brahmanisri adalah putrid sulung Sanghyang Brahma dengan Dewi
Raraswati. Dalam peperangan tersebut Resi Kiswabriswa berhasil mengalahkan
Bathara Kalayuwana dan mengusir pasukan raksasa dan para siluman dari
Jonggringsaloka.
34. BATHARA Kamajaya
Dia adalah salah satu dewa yang memiliki wajah sangat
tampan. Ia adalah makhluk yang berwajah paling tampan di tribuana (jagad
Mayapada, Madyapada dan Arcapada). Bersama istrinya, Dewi Ratih /
Kamaratih, putri Bathara Soma, suami-istri tersebut merupakan lambang kerukunan
suami-istri di jagad raya. Mereka terkenal sangat rukun, tidak pernah
berselisih, sangat setia satu sama lain dan cinta-mencintai. Bathara
Kamajaya adalah putra kesembilan dari sepuluh orang saudara kandung putra
Bathara Ismaya dengan Dewi Senggani. Kesembilan orang saudaranya
masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati,
Bathara Siwah, Bathara Kuwera, Bathara Candra, Bathara Yama / Yamadipati,
Bathara Surya dan Dewi Darmanesti. Bathara Kamajaya bertempat tinggal di
Kahyangan Cakrakembang. Ia memiliki senjata pamungkas berupa panah sakti
bernama Kyai Pancawisaya. Bathara Kamajaya pernah ditugaskan oleh
Sanghyang Manikmaya untuk menurunkan Wahyu Cakraningrat kepada Raden Abimanyu /
Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra, sebagai pasangan Wahyu Hidayat
yang diturunkan oleh Dewi Ratih kepada Dewi Utari, putri Prabu Matswapati, raja
negara Wirata. Bathara Kamajaya sangat sayang kepada Arjuna, dan selalu
membantu dan melindunginya bila Arjuna menghadapi suatu permasalahan dan
marabahaya.Sebagai makhluk yang berwujud "akyan" hidup Bathara
Kamajaya bersifat abadi.
35. Bathari RATIH
35. Bathari RATIH
Disebut juga Dewi Kamaratih, adalah putri Bathara Soma,
putra Sanghyang Pancaresi yang berarti keturunan Sanghyang Wening, adik
Sanghyang Wenang. Dewi Ratih menikah dengan Bathara Kamajaya, putra
kesembilan Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Ia bertempat tinggal di
Kahyangan Cakrakembang. Dewi Ratih berwajah sangat cantik, memiliki sifat
dan perwatakan; sangat setia dan cinta kasih, murah hati, baik budi, sabar dan
sangat berbakti terhadap suami. Bersama suaminya Bathara Kamajaya,
suami-istri tersebut merupakan lambang kerukunan suami-istri di jagad
raya. Karena kerukunannya dan cinta kasihnya satu dengan yang
lain. Dewi Ratih pernah ditugaskan oleh Sanghyang Manikmaya untuk
menurunkan Wahyu Hidayat kepada Dewi Utari, putra bungsu Prabu Matswapati raja
negara Wirata dengan permaisuri Dewi Ni Yutisnawati / Setyawati. Wahyu
Hidayat diturunkan sebagai pasangan Wahyu Cakraningrat yang diturunkan Bathara
Kamajaya kepada Raden Abimanyu / Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi
Sumbadra. Sebagaimana halnya para dewa lainnya, hidup Dewi Ratih pun
bersifat abadi, tidak mengenal kematian.
36. Bathari KANASTREN
36. Bathari KANASTREN
Disebut juga Dewi Kanastri atau Ganastri adalah istri dari
Semar. Ia bersaudara dengan Dewi Kaniraras istri Begawan
Manumayasa. Perkawinan mereka terjadi saat Semar masih bertempat tinggal
di Desa Karang Dempel, yaitu pada saat semar pertama kali ke dunia untuk
menjalankan tugas sebagai pemomong para kstaria utama. Meskipun dalam
pewayang anak Semar adalah Gareng, Petruk dan Bagong, namun itu adalah bukan
anak dari Kanastren. Bersama Semara (Batara Ismaa), Kanastren memiliki 10
anak yaitu Bathara Wungkuam, Bathara Tembora, Bathara Kuwera, Bathara
Wrahaspati, Bathara Syiwah, Bathara Surya, Bathara Chandra, Bathara Yama /
Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Bathari Darmastutri.
37. DEWI KANIRARAS
Sering juga disebut Dewi Retnowati, adalah putri sulung
Bathara Hira, putra Sanghyang Triyarta yang berarti keturunan Sanghyang Wening
/ Darmayaka dengan Dewi Sikandi. Ibunya bernama Dewi Illawati, bidadari
hasil pujaan Sanghyang Pancaresi. Dewi Kaniraras memiliki adik kandung
beranama Dewi Kanesti yang menjadi istri Smarasanta / Smara / Semar, putra
Bathara Wungkuam, yang berarti cucu Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani.Dewi
Kaniraras menikah dengan Resi Manumayasa / Karnumayasa, putra Bathara Parikenan
dengan Dewi Bramananeki, yang menjadi brahmana di pertapaan Wukir Retawu, salah
pucak Gunung Saptaarga. Dari perkawinan tersebut ia memiliki tiga orang
putra, masing-masing bernama; Bambang Manudewa, Bambang Sakutrem / Satrukem dan
Dewi Sriyati. Ketika mengandung putranya yang kedua, Dewi Kaniraras ingin
sekali makan buah Sumarwana yang terletak di atas pohon rukem yang dijaga oleh
raksasa Satrutama di hutan Wanasaya. Buah Sumarwana akhirnya dapat diambil
Resi Manumayasa setelah membunuh Ditya Satrutama. Begitu makan buah
Sumawana, Dewi Kaniraras langsung melahirkan jabang bayi pria yang sangat
tanpan dan diberi nama Bambang Sakutrem. Atas kehendak dewata, putranya
tersebut ditakdirkan akan menjadi cikal bakal trah witaradya (keturunan para
raja) di dunia. Dewi Kaniraras berusia sangat panjang, Ia mati moksa
bersama suaminya, Resi Manumayasa, kembali ke kahyangan.
38. BATHARA KUWERA
Ia adalah putra ketiga Sanghyang Ismaya dangan Dewi Senggani. Ia memiliki sembilan orang saudara kandung masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Surya, Bathara Candra, Bathara Yama / Yamadipati, Bathra Kamajaya dan Dewi Darmanasti. Bathara Kuwera adalah Dewa lambang kebaktian dan kemanusiaan. Ia bertugas membimbing, fatwa, pahala dan perlindungan serta pertolongan kepada umat di Arcapada. Pada jaman Ramayana, ia menitis pada Brahmana Sutiksna, brahmana suci di Gunung Citrakuta / Kutarunggu untuk memberi wejangan ilmu Asthabrata, yaitu ajaran kepemimpinana yang diilhami kebesaran dan keseimbangan delapan unsur alam, kepada Ramawijaya. Sedangkan pada jaman Mahabharata, Bathara Kuwera menitis pada Resi Lomosa, brahmana suci negara Amarta yang dengan setia mendampingi dan memberin nasehat Prabu Yudhistira selama masa & Travel dihutan sebagaia kibat kalah dalam taruhan permainana dadu dengan keluarga Kurawa. Bersama Sanghyang Cakra, putra Sanghyang Manikmaya dengan Dewi Umarakti , Bathra Kurewa ditetapkan sebagai juru tulis / pencatat hasil sidang para dewa yang mengatur lawan-lawan yang akan saling berhadapan dalam perang Bharatayuda antara keluarga Kurawa melawan keluarga Pandawa di tegal Kurusetra. Bathara Kuwera menikah dengan Dewi Sumarekti, putri Sanghyang Caturkanaka dengan Dewi Hira, putra Sanghyang Heramaya.
Ia adalah putra ketiga Sanghyang Ismaya dangan Dewi Senggani. Ia memiliki sembilan orang saudara kandung masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Surya, Bathara Candra, Bathara Yama / Yamadipati, Bathra Kamajaya dan Dewi Darmanasti. Bathara Kuwera adalah Dewa lambang kebaktian dan kemanusiaan. Ia bertugas membimbing, fatwa, pahala dan perlindungan serta pertolongan kepada umat di Arcapada. Pada jaman Ramayana, ia menitis pada Brahmana Sutiksna, brahmana suci di Gunung Citrakuta / Kutarunggu untuk memberi wejangan ilmu Asthabrata, yaitu ajaran kepemimpinana yang diilhami kebesaran dan keseimbangan delapan unsur alam, kepada Ramawijaya. Sedangkan pada jaman Mahabharata, Bathara Kuwera menitis pada Resi Lomosa, brahmana suci negara Amarta yang dengan setia mendampingi dan memberin nasehat Prabu Yudhistira selama masa & Travel dihutan sebagaia kibat kalah dalam taruhan permainana dadu dengan keluarga Kurawa. Bersama Sanghyang Cakra, putra Sanghyang Manikmaya dengan Dewi Umarakti , Bathra Kurewa ditetapkan sebagai juru tulis / pencatat hasil sidang para dewa yang mengatur lawan-lawan yang akan saling berhadapan dalam perang Bharatayuda antara keluarga Kurawa melawan keluarga Pandawa di tegal Kurusetra. Bathara Kuwera menikah dengan Dewi Sumarekti, putri Sanghyang Caturkanaka dengan Dewi Hira, putra Sanghyang Heramaya.
39. Bathari LENGLENG Mulat
Disebut juga DEWI LENGLENG Mulat, dikenal pula dengan nama Dewi Lengleng Mandanu (pedalangan Jawa), yang memiliki arti; "Seorang dengan paras muka yang demikian indahnya, hingga pasti akan menarik dan membelenggu tiap perhatian yang diarahkan kepadanya". Dewi Lengleng Mulat adalah salah seorang diantara bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari tujuh orang, yaitu Dewi Supraba, Dewi Irimirin, Dewi Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru, Dewi Warsiki dan Dewi Wilutama. Karena kecantikannya Dewi Lengleng Mulat pernah menimbulkan peperangan hebat antara Suralaya dengan negara Kasi. Prabu Hiranyayaksa mengerahkan tim raksasa menyerang Suralaya karena keinginannya memperistri Dewi Lengleng Mulat ditolak Bathara Guru. Dalam peperangan tersebut, angkatan perang dewa tidak dapat membendung serangan Negara Kasi. Kesaktian Prabu Hiranyayaksa tidak terkalahkan oleh para dewa. Untuk menyelamatkan Suralaya, Bathara Narada turun ke arcapada, minta bantuan Prabu Harjunawijaya,. Raja negara Mataswapati. Dengan kesaktiannya, Prabu Harjunawijaya berhasil mengalahkan Prabu Hiranyayaksa dan mengusir pasukan raksasa dari Suralaya. Prabu Hiranyayaksa kelak bersekutu dengan Prabu Darmawisesa, raja Widarba menyerang negara Magada dalam memperebutkan Dewi Citrawati. Ia tewas dalam peperangan melawan Bambang Sumantri.
Disebut juga DEWI LENGLENG Mulat, dikenal pula dengan nama Dewi Lengleng Mandanu (pedalangan Jawa), yang memiliki arti; "Seorang dengan paras muka yang demikian indahnya, hingga pasti akan menarik dan membelenggu tiap perhatian yang diarahkan kepadanya". Dewi Lengleng Mulat adalah salah seorang diantara bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari tujuh orang, yaitu Dewi Supraba, Dewi Irimirin, Dewi Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru, Dewi Warsiki dan Dewi Wilutama. Karena kecantikannya Dewi Lengleng Mulat pernah menimbulkan peperangan hebat antara Suralaya dengan negara Kasi. Prabu Hiranyayaksa mengerahkan tim raksasa menyerang Suralaya karena keinginannya memperistri Dewi Lengleng Mulat ditolak Bathara Guru. Dalam peperangan tersebut, angkatan perang dewa tidak dapat membendung serangan Negara Kasi. Kesaktian Prabu Hiranyayaksa tidak terkalahkan oleh para dewa. Untuk menyelamatkan Suralaya, Bathara Narada turun ke arcapada, minta bantuan Prabu Harjunawijaya,. Raja negara Mataswapati. Dengan kesaktiannya, Prabu Harjunawijaya berhasil mengalahkan Prabu Hiranyayaksa dan mengusir pasukan raksasa dari Suralaya. Prabu Hiranyayaksa kelak bersekutu dengan Prabu Darmawisesa, raja Widarba menyerang negara Magada dalam memperebutkan Dewi Citrawati. Ia tewas dalam peperangan melawan Bambang Sumantri.
40. SANGHYANG Mahadewa
Dia adalah Dewa Keluhuran, kemuliaan dan kepahlawanan. Ia bersemayam di Kahyangan Argapura.Sanghyang Mahadewa adalah putra kedua Sanghyang Manikmaya, raja tribuana dengan Dewi Umarakti / Umaranti. Ia memiliki dua orang saudara kandung masing-masing bernama; Sanghyang Cakra dan Sanghyang Asmara. Sanghyang Mahadewa juga memiliki enam orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umayi masing-masing bernama: Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala. Karakter Sanghyang Mahadewa meliputi perwatakan semua saudara-saudaranya. Kejujurannya seperti Sanghyang Sambo, semangatnya seperti Sanghyang Brahma, tajam perasaannya seperti Sanghyang Indra, kebijaksanaannya seperti Sanghyang Wisnu, taat dan patuhnya seperti Bhatara Kala, bening dan telitinya seperti Sanghyang Cakra. Sanghyang Mahadewa bertugas untuk memberikan anugrah kepada para tapa dan selalu diutus / ditugaskan membawa pakaian raja dan tanda kebesaran kerajaan saat ada penobatan raja yang direstui Sanghyang Manikmaya. Seperti penyerahan jamang / mahkota yang terbuat dari emas kepada Prabu Pandu, raja negara Astina, dan Balai Kencana Soka Domas (balai yang terbuat dari emas yang bertiang delapan ratus) sebagai singgasana Prabu Rama di Suwelagiri. Sanghyang Mahadewa diserahi wewenang untuk menguasai sorga. Ia juga merupakan seorang prajurit pilihan dan menjadi senapati angkatan perang Dewa.
Dia adalah Dewa Keluhuran, kemuliaan dan kepahlawanan. Ia bersemayam di Kahyangan Argapura.Sanghyang Mahadewa adalah putra kedua Sanghyang Manikmaya, raja tribuana dengan Dewi Umarakti / Umaranti. Ia memiliki dua orang saudara kandung masing-masing bernama; Sanghyang Cakra dan Sanghyang Asmara. Sanghyang Mahadewa juga memiliki enam orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umayi masing-masing bernama: Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala. Karakter Sanghyang Mahadewa meliputi perwatakan semua saudara-saudaranya. Kejujurannya seperti Sanghyang Sambo, semangatnya seperti Sanghyang Brahma, tajam perasaannya seperti Sanghyang Indra, kebijaksanaannya seperti Sanghyang Wisnu, taat dan patuhnya seperti Bhatara Kala, bening dan telitinya seperti Sanghyang Cakra. Sanghyang Mahadewa bertugas untuk memberikan anugrah kepada para tapa dan selalu diutus / ditugaskan membawa pakaian raja dan tanda kebesaran kerajaan saat ada penobatan raja yang direstui Sanghyang Manikmaya. Seperti penyerahan jamang / mahkota yang terbuat dari emas kepada Prabu Pandu, raja negara Astina, dan Balai Kencana Soka Domas (balai yang terbuat dari emas yang bertiang delapan ratus) sebagai singgasana Prabu Rama di Suwelagiri. Sanghyang Mahadewa diserahi wewenang untuk menguasai sorga. Ia juga merupakan seorang prajurit pilihan dan menjadi senapati angkatan perang Dewa.
41. Dewi Nagagini
Dewi Nagagini adalah putri Sang Hyang Antaboga, seorang Dewa ular, yang bertahta di Saptapratala atau bumi lapis yang ke tujuh. la sebangsa bidadari. Pada waktu Pandawa terkena tipu daya Kurawa sehingga hampir saja dibakar di sebuah perjamuan (dalam lakon Balesegala-gala), Pandawa yang tak kuasa menghindarkan diri dari tempat bahaya itu, dengan kemurahan Dewa, akhirnya dapat meloloskan ke dalam bumi dengan mengikuti seekor garangan (sebangsa musang ) putih, sehingga bertemu dengan Hyang Antaboga.Kemudian Raden Bratasena, Pandawa yang kedua, dinikahkan dengan Dewi Nagagini, dan berputra seorang laki laki bernama Raden Anantareja atau Anantasena.Anantareja dan ibunya tetap tinggal di Saptapratala, sebab mereka termasuk bilangan Dewa dan Dewi.
Dewi Nagagini adalah putri Sang Hyang Antaboga, seorang Dewa ular, yang bertahta di Saptapratala atau bumi lapis yang ke tujuh. la sebangsa bidadari. Pada waktu Pandawa terkena tipu daya Kurawa sehingga hampir saja dibakar di sebuah perjamuan (dalam lakon Balesegala-gala), Pandawa yang tak kuasa menghindarkan diri dari tempat bahaya itu, dengan kemurahan Dewa, akhirnya dapat meloloskan ke dalam bumi dengan mengikuti seekor garangan (sebangsa musang ) putih, sehingga bertemu dengan Hyang Antaboga.Kemudian Raden Bratasena, Pandawa yang kedua, dinikahkan dengan Dewi Nagagini, dan berputra seorang laki laki bernama Raden Anantareja atau Anantasena.Anantareja dan ibunya tetap tinggal di Saptapratala, sebab mereka termasuk bilangan Dewa dan Dewi.
42. PRABU Nagaraja
Dia raja tatsaka / raja ular naga yang bersemayam di Sumur
Jalatunda. Pemaisurinya bernama Dewi Tatsiki. Dari perkawinan
tersebut ia memperoleh dua orang putra masing-masing bernama Dewi Pratiwi dan
Bambang Pratiwanggana. Prabu Nagaraja adalah mertua Sanghyang Wisnu, yang
kawin dengan putrinya, Dewi Pratwiwi, dan berputra dua orang, yaitu; Bambang
Sitija dan Dewi Siti Sundari, yang kemudian diambil hak sebagi putra-putri
Prabu Kresna, raja negara Dwarawati, sebagai penjelmaan Sanghyang
Wisnu. Prabu Nagaraja bersedia menerima lamaran Sanghyang Wisnu dan
menyerahkan putrinya Dewi Pratiwi saat Sanghyang Wisnu dapat memenuhi satu
persyaratan, menyerahkan Cangkok Wijayamulya, yang mempnyai khasiat dapat
menghidupkan kematian. Atas petunjuknya pula Sanghyang Wisnu akhirnya
dapat menemukan dan mendapatkan Cangkok Wijayamulya yang berada dalam mulut
banteng Wisnuhara.
43. BAMBANG NAGATATMALA
Dia adalah putra kedua (bungsu) Sanghyang Anantaboga dari Kahyangan Saptapratala dengan Dewi Supreti. Ia memiliki kakak kandung seorang perempuan bernama Dewi Nagagini yang menjadi istri Bima / Werkudara, salah satu dari lima satria Pandawa, putra Prabu Pandu, raja negara Astina dengan Dewi Kunti. Bambang Nagatatmala berwajah tampan, memiliki sifat dan perwatakan berani,. jujur, setia, keras dalam kemauan dan sangat berbakti. Pada suatu ketika ia melihat lukisan semua makhluk bernyawa termasuk para Dewa dan bidadari. Ketika melihat gambar pasangan suami-istri Dewi Mumpuni dengan Bathara Yama, dewa penjaga neraka dari kahyangan Paranggumiwang atau Yamani (Mahabharata), ia langsung tertarik pada Dewi Mumpuni. Nagatatmala kemudian menanyakan riwayat kedua pasangan itu kepada Dewi Supreti, ibunya. Oleh Dewi Supreti diceritakan kisah kehidupan rumah tangga Dewi Mumpuni dengan Bathara Yama yang tidak harmonis, karena sesungguhnya Dew Mumpuni tidak mencintai suaminya. Dewi Mumpuni. Bersedia menikah dengan Bathara Yama karena melaksanakan perintah Bathara Guru. Bambang Nagatatmala merasa tertarik dengan cerita tersebut. Ia segera pergi ike kahyangan Parangumiwang untuk menemui Dewi Mumpuni. Setelah terjadi pertemuan, mereka saling jatuh cinta, dan bersepakat untuk menjadi suami-istri. Bambang Nagatatmala kemudian membawa lari EWI Mumpuni ke kahyangan Sapta pratala.Tuntutan Bathara Yama untuk kembalinya Dewi Mumpuni ditolak Batrhara Guru, karena menurut ketentuan Dewata, Dewi Mumpuni memang telah ditakdirkan menjadi ISRI Bambang Nagatatmala.Cangkok Wijayamulya oleh Prabu Nagaraja diberikan kepada Dewi P: ratiwi, yang kemudian diberikan kepada Bambang Sitija saat Sitija turun ke arcapada mencari penjelmaan dan titis Sanghyang Wisnu di arcapada.
Dia adalah putra kedua (bungsu) Sanghyang Anantaboga dari Kahyangan Saptapratala dengan Dewi Supreti. Ia memiliki kakak kandung seorang perempuan bernama Dewi Nagagini yang menjadi istri Bima / Werkudara, salah satu dari lima satria Pandawa, putra Prabu Pandu, raja negara Astina dengan Dewi Kunti. Bambang Nagatatmala berwajah tampan, memiliki sifat dan perwatakan berani,. jujur, setia, keras dalam kemauan dan sangat berbakti. Pada suatu ketika ia melihat lukisan semua makhluk bernyawa termasuk para Dewa dan bidadari. Ketika melihat gambar pasangan suami-istri Dewi Mumpuni dengan Bathara Yama, dewa penjaga neraka dari kahyangan Paranggumiwang atau Yamani (Mahabharata), ia langsung tertarik pada Dewi Mumpuni. Nagatatmala kemudian menanyakan riwayat kedua pasangan itu kepada Dewi Supreti, ibunya. Oleh Dewi Supreti diceritakan kisah kehidupan rumah tangga Dewi Mumpuni dengan Bathara Yama yang tidak harmonis, karena sesungguhnya Dew Mumpuni tidak mencintai suaminya. Dewi Mumpuni. Bersedia menikah dengan Bathara Yama karena melaksanakan perintah Bathara Guru. Bambang Nagatatmala merasa tertarik dengan cerita tersebut. Ia segera pergi ike kahyangan Parangumiwang untuk menemui Dewi Mumpuni. Setelah terjadi pertemuan, mereka saling jatuh cinta, dan bersepakat untuk menjadi suami-istri. Bambang Nagatatmala kemudian membawa lari EWI Mumpuni ke kahyangan Sapta pratala.Tuntutan Bathara Yama untuk kembalinya Dewi Mumpuni ditolak Batrhara Guru, karena menurut ketentuan Dewata, Dewi Mumpuni memang telah ditakdirkan menjadi ISRI Bambang Nagatatmala.Cangkok Wijayamulya oleh Prabu Nagaraja diberikan kepada Dewi P: ratiwi, yang kemudian diberikan kepada Bambang Sitija saat Sitija turun ke arcapada mencari penjelmaan dan titis Sanghyang Wisnu di arcapada.
44. Nandi
Atau Nanda adalah nama sapi Gumarang (sapi yang memiliki dasar warna bulunya putih bertaburkan merah kuning keemasan). Dalam cerita pedalangan, Nandi dikenal pula dengan nama Nandini atau Handini. Nandi adalah anak raja jin bernama Prabu Patanam di negara Dahulagiri, sebelah timur laut Pegunungan Tengguru / Himalaya. Ia memiliki saudar sekandung yang lahir kembar berwujud raksasa masing-masing bernama Cingkarabala dan Balakupata, yang menjadi penjaga pintu gapura Selamatangkep di kahyangan Jonggringsaloka. Nandi sangat sakti, kuat dan bengal. Karena kesaktiannya itu ia menobatkan diri sebagai penguasa jagad raya, disanjung dan dipuja rakyat di jasirah Dahulagiri. Mendengarkan pemujaan Nandi yang berkebihan itu, Sanghyang Manikmaya / Bathara Guru menjadi sangat murka. Karena di seluruh tribuana (jagad Mayapada, Madyapada dan Arcapada) seharusnya tidak ada yang pantas disembah kecuali dirinya sebagai raja Dewata. Bathara Guru kemudian datang ke Dahulagiri untuk memerangi Nandi. Peperangan pun tejadilah. Dengan Aji Kamayan, Bathara Guru berhasil menundukkan Nandi. Ia menyerah dan mohon pengampunan. Oleh Bathara Guru, Nandi diampuni dan diboyong ke Suralaya, dijadikan tunggangan pribadi Bathara Guru.Nandi pernah dipinjam oleh Prabu Pandu, raja negara Astina, memenuhi permintaan Dewi Madrim, istrinya yang waktu itu sedang mengandung Nakula dan Sadewa, untuk dinaiki terbang berputar-putar di atas taman Kadilengleng negara Astina.
Atau Nanda adalah nama sapi Gumarang (sapi yang memiliki dasar warna bulunya putih bertaburkan merah kuning keemasan). Dalam cerita pedalangan, Nandi dikenal pula dengan nama Nandini atau Handini. Nandi adalah anak raja jin bernama Prabu Patanam di negara Dahulagiri, sebelah timur laut Pegunungan Tengguru / Himalaya. Ia memiliki saudar sekandung yang lahir kembar berwujud raksasa masing-masing bernama Cingkarabala dan Balakupata, yang menjadi penjaga pintu gapura Selamatangkep di kahyangan Jonggringsaloka. Nandi sangat sakti, kuat dan bengal. Karena kesaktiannya itu ia menobatkan diri sebagai penguasa jagad raya, disanjung dan dipuja rakyat di jasirah Dahulagiri. Mendengarkan pemujaan Nandi yang berkebihan itu, Sanghyang Manikmaya / Bathara Guru menjadi sangat murka. Karena di seluruh tribuana (jagad Mayapada, Madyapada dan Arcapada) seharusnya tidak ada yang pantas disembah kecuali dirinya sebagai raja Dewata. Bathara Guru kemudian datang ke Dahulagiri untuk memerangi Nandi. Peperangan pun tejadilah. Dengan Aji Kamayan, Bathara Guru berhasil menundukkan Nandi. Ia menyerah dan mohon pengampunan. Oleh Bathara Guru, Nandi diampuni dan diboyong ke Suralaya, dijadikan tunggangan pribadi Bathara Guru.Nandi pernah dipinjam oleh Prabu Pandu, raja negara Astina, memenuhi permintaan Dewi Madrim, istrinya yang waktu itu sedang mengandung Nakula dan Sadewa, untuk dinaiki terbang berputar-putar di atas taman Kadilengleng negara Astina.
45. SANGHAYANG Narada
Dikenal pula dengan nama Sanghyang Kanwakaputra atau Sanghyang Kanekaputra. Ia adalah putra sulung dari empat bersaudara putra Sanghyang Caturkanaka dengan Dewi Laksmi, yang berarti cucu Sanghyang Wening, adik Sanghyang Wenang. Tiga saudara kandungnya masing-masing bernama Sanghyang Pitanjala, Dewi Tiksnawati dan Sanghyang Caturwarna. Sanghyang Narada sangat sakti dan pernah bertapa di atas permukaan air samudra sambil menggenggam Cupu Linggamanik. Karena kesaktiaannya melebihi Sanghyang Manikmaya, ia kemudian ditundukkan dengan Aji Kemayan, sehingga beralih rupa dan wujudnya menjadi pendek bulat dan berparas jelek. Sebagai imbalan, oleh Sanghyang Manikmaya, Sanghyang Narada diangkat menjadi tuwangga (= patih) di Suralaya dan dituakan oleh Sanghyang Manikmaya dengan sebutan "kakang / kakanda". Sanghyang Narada sangat dipatuhi / disuyudi (Jawa) oleh siapa saja yang bergaul dengannya, karena keramahannya. Ia sangat alim, pandai dalam segala ilmu pengetahuan, periang, jujur, hatinya bening, pikirannya cerdas, senang bersenda-gurau, seorang prajurit dan pandita, sehingga mendapat julukan Resi. Sanghyang Narada tinggal di kahyangan Siddi Udaludal atau Sudukpangudaludal (pedalangan Jawa) dan menikah dengan Dewi Wiyodi. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra, masing-masing bernama Dewi Kanekawati, yang kemudian diberikan kepada Resi Seta, putra Prabu Matswapati, raja negara Wirata, dan Bathara Malangdewa.
Dikenal pula dengan nama Sanghyang Kanwakaputra atau Sanghyang Kanekaputra. Ia adalah putra sulung dari empat bersaudara putra Sanghyang Caturkanaka dengan Dewi Laksmi, yang berarti cucu Sanghyang Wening, adik Sanghyang Wenang. Tiga saudara kandungnya masing-masing bernama Sanghyang Pitanjala, Dewi Tiksnawati dan Sanghyang Caturwarna. Sanghyang Narada sangat sakti dan pernah bertapa di atas permukaan air samudra sambil menggenggam Cupu Linggamanik. Karena kesaktiaannya melebihi Sanghyang Manikmaya, ia kemudian ditundukkan dengan Aji Kemayan, sehingga beralih rupa dan wujudnya menjadi pendek bulat dan berparas jelek. Sebagai imbalan, oleh Sanghyang Manikmaya, Sanghyang Narada diangkat menjadi tuwangga (= patih) di Suralaya dan dituakan oleh Sanghyang Manikmaya dengan sebutan "kakang / kakanda". Sanghyang Narada sangat dipatuhi / disuyudi (Jawa) oleh siapa saja yang bergaul dengannya, karena keramahannya. Ia sangat alim, pandai dalam segala ilmu pengetahuan, periang, jujur, hatinya bening, pikirannya cerdas, senang bersenda-gurau, seorang prajurit dan pandita, sehingga mendapat julukan Resi. Sanghyang Narada tinggal di kahyangan Siddi Udaludal atau Sudukpangudaludal (pedalangan Jawa) dan menikah dengan Dewi Wiyodi. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra, masing-masing bernama Dewi Kanekawati, yang kemudian diberikan kepada Resi Seta, putra Prabu Matswapati, raja negara Wirata, dan Bathara Malangdewa.
46. BATHARA PANYARIKAN
Dia adalah putra Sanghyang Parma, yang berarti cucu
Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Ia memiliki saudara kandung bernama
Bathara Darma yang dikenal sebagai dewa keadilan. Bathara Panyarikan
memiliki suatu keahlian yang tidak dimilki para dewa lainnya, yaitu tulisannya
sangat bagus serta pandai menulis cepat. Bathara Panyarikan memiliki daya
ingatan yang sangat tajam. Apa saja yang pernah didengar dan dilihatnya
akan selalu diingatnya dengan baik. Selain itu ia juga pandai menyimpan
rahasia. Oleh Bathara Guru, Bathara Panyarikan ditugaskankan sebagai juru
tulis kadewatan. Mencatat dan mendukumentasikan semua hasil rapat dan
keputusan yang telah diambil para dewa. Menjelang pecah perang
Bharatayudha di tegal Kurusetra antara keluarga Pandawa melawan keluarga Kurawa,
Bathara Panyarikan memiliki tugas dan peran yang sangat penting.Bersama Bathara
Kuwera, ia ditugaskan mencatat hasil sidang para dewa yang memutuskan
lawan-lawan yang akan saling berhadapan dalam perang Bharatayuda, serta rahasia
kematian setiap senapati perang, baik yang berpihak pada keluarga Pandawa
maupun berpihak pada keluarga Kurawa.Sebagaimana para dewa lainnya, karena
berwujud akyan / badan halus, maka hidup Bathara Panyarikan bersifat
abadi.
47. 47. BATHARA PARIKENAN
Atau Bambang Parikenan adalah putra Bathara Brahmanaresi /
Bremani (pedalangan Jawa) dengan Dewi Srihuna / Srihunon, putri Sanghyang Wisnu
dengan permaisuri Dewi Sripujayanti. Ia memiliki dua orang saudara seibu
lain ayah, putra Dewi Srihuna dengan Bathara Brahmanasadewa / Brahmanaraja, kakak
kandung Bathara Brahmanaresi, masing-masing bernama; Dewi Srini dan Dewi
Satapi. Sejak kecil Bambang Parikenan tinggal di kahyangan Untarasagara
dalam asuhan Sanghyang Wisnu dan Dewi Sripujayanti, karena ayahnya Bathara
Brahmanaresi turun ke Arcapada hidup sebagai brahmana di pertapaan Paremana,
pegunungan Saptaarga. Sedangkan ibunya Dewi Srihuna tinggal di kahyangan
Daksinageni, kahyangannya Bathara Brahma. Bambang Parikenan menikah dengan
saudara sepupunya sendiri, Dewi Bramaneki, putri Prabu Basurata / Bathara
Srinada raja negara Wirata dengan Dewi Bremaniyuta (Bathara Srinada adalah
putra Sanghyang Wisnu dengan Dewi Srisekar / Sri Widowati, sedangkan Dewi
Bremaniyuta adalah putri Bathara Brahma dengan Dewi Rarasyati). Dari
perkawinan tersebut ia memperoleh empat orang putra masing-masing bernama; Dewi
Kanika.Kariyasa / Resi Manumayasa, Resi Manobawa dan Resi Paridarma. Resi
Manumayasa kelak turun ke Arcapada membuat pertapaan di puncak Retawu, gunung
Saptaarga, menikah dengan Dewi Kaniraras, turun-temurun menurunkan keluarga
Pandawa dan Kurawa.
48. Bathari PRABASINI
Atau DEWI PRABASINI adalah bidadari keturunan Sanghyang Triyarta. Ia memiliki saudara kembar yang bernama Dewi Gagarmayang yang dipilih oleh Bathara Guru masuk dalam kelompok Bidadari Upacara Suralaya yang terdiri dari tujuih bidadari. Dewi Prabasini pernah turun ke arcapada dan menjadi istri Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manikmantaka. Perjodohan ini terjadi ketika Arya Nirbita, raksasa keturunan dari Prabu Pracona raja negara Gowabarong yang tewas dalam peperangan melawan Bambang Tutuka / Gatotkaca di Suralaya, berhasil menjadi raja di Negara Manikmantaka bergelar Prabu Niwatakawaca, datang ke Suralaya minta dijodohkan dengan Dewi Gagarmayang. Karena para dewa merasa takut menghadapi Niwatakaca yang sangat sakti setelah memiliki Aji Gineng Sukaweda, sedangkan bidadari upacara tidak dipekenankan hidup di arcapada, Bathara Guru kemudian melakukan penipuan, menyerahkan Dewi Prabasini yang wajah dari bentuk tubuhnya persis sama dengan Dewi Gagarmayang, saudara kembarnya, kepada Niwatakawaca.Beberapa tahun kemudian , ketika Niwatakawaca menyadari bahwa yang diperistri bukan Dewi Gagamayang tetapi Dewi Prabasini, saudara kembarnya, ia kembali lagi ke Suralaya untuk meminang Dewi Supraba. Namun pinangannya itu ditolak Batahara Guru, dan Niwatakawaca akhirnya tewas dalam peperangan melawan Arjuna. Dari perkawinannya dengan Prabu Niwatakawaca, Dewi Prabasini memiliki dua orang putra masing-masing bernama: Arya Nilarudraka, yang setelah dewasa menjadi raja negara Tegalparang dan Dewi Mustakaweni, yang menjadi istri Bambang Prabakusuma (Priyambada), putra Arjuna dengan Dewi Dewi Supraba. Setelah kematian Niwatakawaca, Dewi Prabasini kembali ke Suralaya, hidup sebagai bidadari.
Atau DEWI PRABASINI adalah bidadari keturunan Sanghyang Triyarta. Ia memiliki saudara kembar yang bernama Dewi Gagarmayang yang dipilih oleh Bathara Guru masuk dalam kelompok Bidadari Upacara Suralaya yang terdiri dari tujuih bidadari. Dewi Prabasini pernah turun ke arcapada dan menjadi istri Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manikmantaka. Perjodohan ini terjadi ketika Arya Nirbita, raksasa keturunan dari Prabu Pracona raja negara Gowabarong yang tewas dalam peperangan melawan Bambang Tutuka / Gatotkaca di Suralaya, berhasil menjadi raja di Negara Manikmantaka bergelar Prabu Niwatakawaca, datang ke Suralaya minta dijodohkan dengan Dewi Gagarmayang. Karena para dewa merasa takut menghadapi Niwatakaca yang sangat sakti setelah memiliki Aji Gineng Sukaweda, sedangkan bidadari upacara tidak dipekenankan hidup di arcapada, Bathara Guru kemudian melakukan penipuan, menyerahkan Dewi Prabasini yang wajah dari bentuk tubuhnya persis sama dengan Dewi Gagarmayang, saudara kembarnya, kepada Niwatakawaca.Beberapa tahun kemudian , ketika Niwatakawaca menyadari bahwa yang diperistri bukan Dewi Gagamayang tetapi Dewi Prabasini, saudara kembarnya, ia kembali lagi ke Suralaya untuk meminang Dewi Supraba. Namun pinangannya itu ditolak Batahara Guru, dan Niwatakawaca akhirnya tewas dalam peperangan melawan Arjuna. Dari perkawinannya dengan Prabu Niwatakawaca, Dewi Prabasini memiliki dua orang putra masing-masing bernama: Arya Nilarudraka, yang setelah dewasa menjadi raja negara Tegalparang dan Dewi Mustakaweni, yang menjadi istri Bambang Prabakusuma (Priyambada), putra Arjuna dengan Dewi Dewi Supraba. Setelah kematian Niwatakawaca, Dewi Prabasini kembali ke Suralaya, hidup sebagai bidadari.
49. Bathari PERTIWI
Bathari Pertiwi iku dewa kang nguwasani bumi sap kapisan. Bumi sap kapisan kondhang sinebut Ekapratala. Eka ateges siji, pratala ateges bumi. Bathari Pretiwi putrane putri Sang Hyang Nagaraja, kang dumunung ing kayangan Jalatundha. Ibune asma Bathari Dewi. Miturut andharan ing buku Bunga Rampai Wayang Purwa Beserta Penjelasannya, anggitane Bondhan Harghana SW lan Muh Pamungkas Prasetya Bayu Aji, weton Cendrawasih lan Ensiklopedi Wayang Purwa, weton Balai Pustaka, Bathari Pretiwi iku drajate padha kalawan para dewa, amarga dheweke nguwasani bumi sap kapisan. Bumi sap kapindho, sinebut Dwipratala, dikuwasani dening Bathara Kusika. Bumi sap kaping telu kang sinebut Tribantala dadi papan dununge Bathara Ganggang. Bumi sap kaping papat utawa Caturpratala dikuwasani Bathara Sindula lan bumi sap Kalima, sinebut Pancapratala, dikuwasani dening Bathara Darampalan. Bumi sap kaping enem iku kayangane Bathara Manikem lan Saptapratala utawa bumi sap kaping pitu mujudake kayangan papan dununge Bathara Anantaboga. Bathari Pretiwi ndalem uripe tansah pengin nduweni kembang Wijayakusuma. Ananging kembang kang ora sabaene kembang iku duweke Resi Kesawasidi kang dumunung ing Padhepokan Argajati. Sawijining dina Bathara Wisnu tumeka ing kayangan Eka Pratala sedya nglamar Bathari Pretiwi. Tumekane Sanghyang Wisnu lan sedyane njaluk dheweke supaye gelem dadi sisihane dimumpangatake dening Bathari Pretiwi kanggo nyembadani pepenginane duwe kembang Wijayakusuma. Marang Sanghyang Wisnu, Bathari Pretiwi mratelakake saguh dadi sisihane yen Bathara Wisnu bisa nyedhiyakake kembang Wijayakusuma minangka mas kawin. Bathara Wisnu nyaguhi panjaluke Dewi Pretiwi iku. Bathara Wisnu banjur tumuju Padhepokan Argajati, nemoni Resi Kesawasidi lan njaluk kembang Wijayakusuma. Nalika sapatemon kalawan Bathara Wisnu, putrane putri Resi Kesawasidi, Srisekar, ketaman panah asmara lan pengin dadi sisihane Hyang Wisnu. Resi Kesawasidi mratelakake gelem masrahake kembang Wijayakusuma yen Hyang Wisnu gelem dadi mantune. Wusana, Hyang Wisnu palakrama karo Srisekar. Nalika Resi Kesawasidi arep masrahake kembang Wijayakusuma marang Bathara Wisnu, dheweke kaget amarga kembang kang ngandhut kasiyat bisa nguripake wong sing wis mati iku alum. Sawise dititipriksa, pranyata cangkoke kembang kang sinebut Wijayamula lan gagange wis ilang. Bathari Wisnu tetep gelem nampa kembang Wijayakusuma kang wus alum iku. Sabanjure, Hyang Winu bali menyang kayangan Ekapratala arep masrahake kembang Wijayakusuma marang Bathari Pretiwi. Resi Kesawasidi lan Srisekar banjur nyusul Hyang Wisnu menyang kayangan Ekapratala. Bathari Pretiwi dhewe uga ngadhepi panglamar saka raja nagara Garbapitu, Prabu Wisnudewa. Marang Prabu Wisnudewa, Bathari Pretiwi njaluk maskawin padha, kembang Wijayakusuma. Prabu Wisnudewa saguh ngupadi kembang Wijayakusuma amarga wus nduweni gagange kembang Wijayakusume kang Wektu iku digawa macan ingon-ingone kang dijenengi Sardulamurti. Lakune Hyang Wisnu tumuju kayangan Ekapratala pethuk kalawan bantheng kang bisa tata jalma. Bantheng kang ngaku duwe jeneng Handaka Wisnuhata iku pengin dadi abdine Hyang Wisnu. Sabanjure batheng iku ngiringi lakune Hyang Wisnu tumuju kayangan Ekapratala. Bathara Wisnu kang kasil nggawa kembang Wijayakusuma banjur masrahake kembang iku marang Bathari Pretiwi. Ing kalodhangan iku, Prabu Wisnudewa uga masrahake macan Sardulamurti marang Bathari Pretiwi nanging ditulak amarga sing dijaluk iku kembang. Wusana Prabu Wisnudewa nesu lan nantang prang tandhing marang Hyang Wisnu. Macan Sardulamurti mbiyantu Prabu Wisnudewa, dene bantheng Handaka Wisnuhata mbiyantu Hyang Wisnu. Macan lan bantheng kang padha sektine iku sampyuh, mati bareng lan wusana malih rupa dadi gagang lan cangkok kembang. Bathari Pretiwi njupuk gagang lan cangkok kembang iku lan banjur didadekake siji kalawan kembang Wijayakusuma kang dipasrahake dening Bathara Wisnu. Wusana Bathara Wisnu lan Bathari Pretiwi sida palakrama.Kembang Wijayakusuma banjur dibalekake maneh marang Sanghyang Wisnu. Kalorone nurunake putra dhampit yaiku Sitija (sabanjure dadi raja jejuluk Prabu Bomanarakasura) lan Siti Sundari (sabanjure dadi sisihane Arjuna lan nurunake Abimanyu). Nalika Bathara Wisnu netes marang Prabu Kresna, Bathari Pretiwi banjur dadi sisihane raja Dwarawati iku.
Bathari Pertiwi iku dewa kang nguwasani bumi sap kapisan. Bumi sap kapisan kondhang sinebut Ekapratala. Eka ateges siji, pratala ateges bumi. Bathari Pretiwi putrane putri Sang Hyang Nagaraja, kang dumunung ing kayangan Jalatundha. Ibune asma Bathari Dewi. Miturut andharan ing buku Bunga Rampai Wayang Purwa Beserta Penjelasannya, anggitane Bondhan Harghana SW lan Muh Pamungkas Prasetya Bayu Aji, weton Cendrawasih lan Ensiklopedi Wayang Purwa, weton Balai Pustaka, Bathari Pretiwi iku drajate padha kalawan para dewa, amarga dheweke nguwasani bumi sap kapisan. Bumi sap kapindho, sinebut Dwipratala, dikuwasani dening Bathara Kusika. Bumi sap kaping telu kang sinebut Tribantala dadi papan dununge Bathara Ganggang. Bumi sap kaping papat utawa Caturpratala dikuwasani Bathara Sindula lan bumi sap Kalima, sinebut Pancapratala, dikuwasani dening Bathara Darampalan. Bumi sap kaping enem iku kayangane Bathara Manikem lan Saptapratala utawa bumi sap kaping pitu mujudake kayangan papan dununge Bathara Anantaboga. Bathari Pretiwi ndalem uripe tansah pengin nduweni kembang Wijayakusuma. Ananging kembang kang ora sabaene kembang iku duweke Resi Kesawasidi kang dumunung ing Padhepokan Argajati. Sawijining dina Bathara Wisnu tumeka ing kayangan Eka Pratala sedya nglamar Bathari Pretiwi. Tumekane Sanghyang Wisnu lan sedyane njaluk dheweke supaye gelem dadi sisihane dimumpangatake dening Bathari Pretiwi kanggo nyembadani pepenginane duwe kembang Wijayakusuma. Marang Sanghyang Wisnu, Bathari Pretiwi mratelakake saguh dadi sisihane yen Bathara Wisnu bisa nyedhiyakake kembang Wijayakusuma minangka mas kawin. Bathara Wisnu nyaguhi panjaluke Dewi Pretiwi iku. Bathara Wisnu banjur tumuju Padhepokan Argajati, nemoni Resi Kesawasidi lan njaluk kembang Wijayakusuma. Nalika sapatemon kalawan Bathara Wisnu, putrane putri Resi Kesawasidi, Srisekar, ketaman panah asmara lan pengin dadi sisihane Hyang Wisnu. Resi Kesawasidi mratelakake gelem masrahake kembang Wijayakusuma yen Hyang Wisnu gelem dadi mantune. Wusana, Hyang Wisnu palakrama karo Srisekar. Nalika Resi Kesawasidi arep masrahake kembang Wijayakusuma marang Bathara Wisnu, dheweke kaget amarga kembang kang ngandhut kasiyat bisa nguripake wong sing wis mati iku alum. Sawise dititipriksa, pranyata cangkoke kembang kang sinebut Wijayamula lan gagange wis ilang. Bathari Wisnu tetep gelem nampa kembang Wijayakusuma kang wus alum iku. Sabanjure, Hyang Winu bali menyang kayangan Ekapratala arep masrahake kembang Wijayakusuma marang Bathari Pretiwi. Resi Kesawasidi lan Srisekar banjur nyusul Hyang Wisnu menyang kayangan Ekapratala. Bathari Pretiwi dhewe uga ngadhepi panglamar saka raja nagara Garbapitu, Prabu Wisnudewa. Marang Prabu Wisnudewa, Bathari Pretiwi njaluk maskawin padha, kembang Wijayakusuma. Prabu Wisnudewa saguh ngupadi kembang Wijayakusuma amarga wus nduweni gagange kembang Wijayakusume kang Wektu iku digawa macan ingon-ingone kang dijenengi Sardulamurti. Lakune Hyang Wisnu tumuju kayangan Ekapratala pethuk kalawan bantheng kang bisa tata jalma. Bantheng kang ngaku duwe jeneng Handaka Wisnuhata iku pengin dadi abdine Hyang Wisnu. Sabanjure batheng iku ngiringi lakune Hyang Wisnu tumuju kayangan Ekapratala. Bathara Wisnu kang kasil nggawa kembang Wijayakusuma banjur masrahake kembang iku marang Bathari Pretiwi. Ing kalodhangan iku, Prabu Wisnudewa uga masrahake macan Sardulamurti marang Bathari Pretiwi nanging ditulak amarga sing dijaluk iku kembang. Wusana Prabu Wisnudewa nesu lan nantang prang tandhing marang Hyang Wisnu. Macan Sardulamurti mbiyantu Prabu Wisnudewa, dene bantheng Handaka Wisnuhata mbiyantu Hyang Wisnu. Macan lan bantheng kang padha sektine iku sampyuh, mati bareng lan wusana malih rupa dadi gagang lan cangkok kembang. Bathari Pretiwi njupuk gagang lan cangkok kembang iku lan banjur didadekake siji kalawan kembang Wijayakusuma kang dipasrahake dening Bathara Wisnu. Wusana Bathara Wisnu lan Bathari Pretiwi sida palakrama.Kembang Wijayakusuma banjur dibalekake maneh marang Sanghyang Wisnu. Kalorone nurunake putra dhampit yaiku Sitija (sabanjure dadi raja jejuluk Prabu Bomanarakasura) lan Siti Sundari (sabanjure dadi sisihane Arjuna lan nurunake Abimanyu). Nalika Bathara Wisnu netes marang Prabu Kresna, Bathari Pretiwi banjur dadi sisihane raja Dwarawati iku.
50. DEWI Rekatawati
Dikenal pula dengan nama Dewi Rakti atau Dewi Wirandi. Ia adalah putri Prabu Yuyut / Resi Rekatama, berwujud ketam / yuyu, raja negara Samodralaya. Oleh Sanghyang Wenang, Dewi Rekatawati dinikahkan dengan Sanghyang Tunggal putra Sanghyang Wenang dengan Dewi Sahoti. Karena Sanghyang Tunggal berwujud "akyan" (makhluk halus) maka yang lahir dari kandungannya berwujud sebutir telur, terbang melayang-layang yang setelah ditangkap oleh Sanghyang Tunggal pecah berubah wujud menjadi tiga orang anak kembar. Sama-sama tampan, cakap dan memancarkan cahaya keagungan. Oleh Sanghyang Tunggal ketiga putranya tersebut masing-masing diberi nama: Sanghyang Tejamaya / Antaga (terjadi dari kulit telur), Sanghyang Ismaya (terjadi dari putih telur) dan Sanghyang Manikmaya (terjadi dari kuning telur). Karena berwujud badan rokhani, hidup Dewi Rekatawati bersifat abadi. Ia bersemayam di kahyangan Alangalangkumitir.
Dikenal pula dengan nama Dewi Rakti atau Dewi Wirandi. Ia adalah putri Prabu Yuyut / Resi Rekatama, berwujud ketam / yuyu, raja negara Samodralaya. Oleh Sanghyang Wenang, Dewi Rekatawati dinikahkan dengan Sanghyang Tunggal putra Sanghyang Wenang dengan Dewi Sahoti. Karena Sanghyang Tunggal berwujud "akyan" (makhluk halus) maka yang lahir dari kandungannya berwujud sebutir telur, terbang melayang-layang yang setelah ditangkap oleh Sanghyang Tunggal pecah berubah wujud menjadi tiga orang anak kembar. Sama-sama tampan, cakap dan memancarkan cahaya keagungan. Oleh Sanghyang Tunggal ketiga putranya tersebut masing-masing diberi nama: Sanghyang Tejamaya / Antaga (terjadi dari kulit telur), Sanghyang Ismaya (terjadi dari putih telur) dan Sanghyang Manikmaya (terjadi dari kuning telur). Karena berwujud badan rokhani, hidup Dewi Rekatawati bersifat abadi. Ia bersemayam di kahyangan Alangalangkumitir.
51. BATHARA SADANA
Ia adalah putra kedua dari empat bersaudara putra Prabu Sri Mahapunggung, raja negara Medangkamulan dengan Dewi Danawati. Prabu Sri Mahapunggung adalah nama gelar Batara Srigati, putra Sanghyang Wisnu dengan Dewi Sri Sekar / Sri Widowati yang turun ke Arcapada untuk menjaga kelestarian dunia. Tiga saudara kandungnya yang lain adalah, DewiSri, Wandu, dan Oya.
Ia adalah putra kedua dari empat bersaudara putra Prabu Sri Mahapunggung, raja negara Medangkamulan dengan Dewi Danawati. Prabu Sri Mahapunggung adalah nama gelar Batara Srigati, putra Sanghyang Wisnu dengan Dewi Sri Sekar / Sri Widowati yang turun ke Arcapada untuk menjaga kelestarian dunia. Tiga saudara kandungnya yang lain adalah, DewiSri, Wandu, dan Oya.
Raden Sadana berwajah sangat tampan, dan memiliki sifat
perwatakan: murah hati, baik budi, sabar dan bijaksana. Bersama kakaknya,
Dewi Sri, ia dikenal sebagai dewa lambang kemakmuran hasil bumi.Sadana dikenal
sebagai Dewa umbi-umbian, kentang, sayuran, dan buah-buhanan, sedangkan Dewi
Sri sebagai Dewi Padi. Oleh karena itu, mereka tidak pernah
dipisahkan.
52. SANGHYANG Sambo
SANGHYANG Sambo atau Sambu adalah putra sulung Sanghyang
Manikmaya, raja tribuana dengan permaisuri pertama Dewi Umayi. Ia memiliki
lima orang saudara kandung masing-masing bernama; Sanghyang Brahma, Sanghyang
Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala.Sanghyang Sambo juga
memiliki tiga orang saudara seayah lain ibu, yaitu putra Dewi Umarakti,
masing-masing bernama; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang
Asmara.
Sanghyang Sambo bersemayam di kahyangan
Swelagringging. Ia menikah dengan Dewi Hastuti, putri Sanghyang
Darmastuti, cucu Sanghyang Tunggal dengan Dewi Darmani. Dari perkawinan
tersebut ia memperoleh empat orang putra masing-masing bernama; Bathara
Sambosa, Bathara Sambawa, Bathara Sambujana dan Bathara Sambodana.
Bathara Sambo memiliki sifat dan perwatakan; jujur dan terpercaya, bertanggung jawab, dan cakap.Karena itu ketika ada
masalah yang harus dinegosiasikan atau diselesaikan, Bathara Sambolah yang
diminta menyelesaikannya. Ia sangat sakti, dan ketika bertiwikrama
dari tubuhnya akan keluar prabawa udara yang dapat menundukkan
lawannya. Bathara Sambo pernah turun ke arcapada dan menjadi raja di
negara Medangprawa bergelar Sri Maharaja Maldewa.
53. DEWI SRI
DEWI SRI atau Dewi Sulastri (pedalangan Jawa) adalah putri
sulung Prabu Sri Mahapunggung, raja negara Medangkamulan dengan Dewi
Danawati. Prabu Sri Mahapunggung adalah nama gelar Bathara Srigati, putra
Sanghyang Wisnu dengan Dewi Sri Sekar / Sri Widowati yang turun ke Arcapada
untuk menjaga kelestarian dunia. Dewi Sri memiliki tiga orang adik, yaitu;
Sadana, Wandu dan Oya. Dewi Sri berwajah sangat cantik. Ia diyakini
sebagai titisan Bathari Sri Widowati, neneknya. Dewi Sri memiliki sifat
dan perwataan: murah hat, baik budi, sabar dan bijaksana. Bersama adiknya,
Sadana, ia dikenal sebagai Dewa lambang kemakmuran hasil bumi. Dewi Sri
sebagai Dewa Padi, sedangkan Sadana sebagai Dewa hasil bumi lainnya, seperti:
umbi-umbian, kentang, sayuran dan buah-buhanan. Oleh karena itu mereka
tidak pernah dipisahkan. Dalam lakon "Sri Sadana" diceritakan,
bahwa Sadana meloloskan diri pergi dari negara Medangkamulan karena dimarai
oleh ayahnya. Dewi Sri setelah mengetahui kepergian adiknya, lalu pergi mencarinya. Setelah
melalui berbagai rintangan dan pengalaman pahit karena dalam perjalanan bertemu
dengan raksasa Kalagumarang / Karungkala yang terus menerus
mengejarnya. Setelahselamadari nafsu jahat Karungkala, akhirnya Dewi Sri
dapat bertemu kembali dengan Sadana. Sebagai Dewa Hasil Bumi, Dewi Sri dan
adiknya. Sadana diyakini hidup sampai akhir jaman, sebab memiliki tugas
memberikan kemakmuran kepada masyarakat.
54. BATHARA SRIGATI
54. BATHARA SRIGATI
Dia putra sulung Sanghyang Wisnu dengan permaisuri Dewi
Srisekar / Dewi Sri Widowati. Ia memiliki dua orang saudara kandung
masing-masing bernama Bathara Srinada yang turun ke Arcapada dan menjadi raja
negara Wirata bergelar Prabu Basurata, dan Bathari Srinadi. Bathara
Srigati juga memiliki 15 orang saudara seayah lain ibu, putra-putri Dewi
Pratiwi dan Dewi Sri Pujayanti. Diantara mereka yang dikenal adalah:
Bambang Sitija / Prabu Bomanarakasura yang menjadi raja di negara Surateleng,
Dewi Siti Sundari, Bathara Bhisawa, Dewi Srihuna / Srihunon yang menikah dengan
Bathara Brahmanaresi dan menurunkan trah Saptaarga, Dewi Srihuni dan Bathara
Isnapura yang menurunkan Prabu Yudakalakresna, raja raksasa dari negara
Dwarawati. Bathara Srigati turun ke Arcapada dan menjadi raja di negara
Purwacarita bergelar Prabu Sri Mahapungung. Ia menikah dengan Dewi
Danawati dan memiliki empat orang putra masing-msing bernama Dewi Sri, Sadana,
Wandu dan Oya.Bathara Srigati sangat sakti. Ia pernah dimintai bantuan
ayahnya Sanghyang Wisnu yang menjadi raja di negara Medangkamulan bergelar
Prabu Satmata, untuk membinasakan Prabu Watugunung raja negara Gilingwesi yang
selain berani menyerang Suralaya juga telah bertindak keliru mengawini ibu
kandung dan ibu tirinya. Setelah lanjut usia dan merasa tidak mampu lagi
mengendalikan roda pemerintahan, Prabu Sri Mahapunggung menyerahkan tahta
kerajaan kepada putra ketiga, yaitu Wandu yang setelah naik tahta kerajaan
Purwacarita bergelar Prabu Srimahawan.
55. DEWI SRIHUNA
Disebut juga Dewi Srihunon adalah putri kesembilan Sanghyang Wisnu dengan permaisuri Dewi Sripujayanti. Ia memiliki 12 saudara kandung, masing-masing bernama: Bathara Herumaya, Bathara Isawa, Bathara Bisawa, Bathara Isnawa. Bathara Isnapura yang disabda menjadi raksasa dan berganti nama Ditya Rudramurti yang menurunkan Prabu Yudakalakresna, raja raksasa dari negara Dwarawati, Bathara Madura, Bathara Madusena, Bathara Madusadana, Dewi Srtihuni, Bathara Pujarta, Bathara Parwanboja dan Bathara Hardanari. 56. DEWI SRI Widowati
Disebut juga Dewi Srihunon adalah putri kesembilan Sanghyang Wisnu dengan permaisuri Dewi Sripujayanti. Ia memiliki 12 saudara kandung, masing-masing bernama: Bathara Herumaya, Bathara Isawa, Bathara Bisawa, Bathara Isnawa. Bathara Isnapura yang disabda menjadi raksasa dan berganti nama Ditya Rudramurti yang menurunkan Prabu Yudakalakresna, raja raksasa dari negara Dwarawati, Bathara Madura, Bathara Madusena, Bathara Madusadana, Dewi Srtihuni, Bathara Pujarta, Bathara Parwanboja dan Bathara Hardanari. 56. DEWI SRI Widowati
Dikenal pula dengan nama Dewi Srisekar. Ini adalah
permaisuri utama Sanghyang Wisnu. Dewi Sri Widowati berasal dari Cupu
Linggamanik, sebagai hasil semedi Hyang Anantaboga dari kahyangan
Saptapratala. Dari perkawinan tersebut, ia memperoleh tiga orang putra
masing-msing bernama Bathara Srigati, Bathara Srinada dan Bathari Srinadi. Dewi
Sri Widowati selain sangat cantik dan anggun juga memiliki kharisma yang tinggi
sebagai wanita utama. Dewi Sri dan Bathara Wisnu merupakan pasangan yang
tak terpisahkan. Ketika Bathara Wisnu turun menetes ke Arcapada dalam
mengemban tugas mengembalikan keseimbangan dunia dari tindakan keserakahan dan
perbuatan keangkaramurkaan, Dewi Sri akan ikut turun menitis sebagai
pasangannya, walau harus melalui berbagai rintangan. Karena itu titisan
Dewi Sri selalu menjadi incaran / buruan para penyandang sifat angkara murka,
sepeti Prabu Dasamuka / Rahwana, raja negara Alengka. Pada jaman Ramayana,
Dewi Sri menitis pada Dewi Kusalya, putri Prabu Banaputra, raja negara Ayodya,
ibu Ramawijaya. Kemudian menitis pada Dewi Citrawati, putri Magada dan menjadi
istri Prabu Arjunasasra, raja negara Maespati, selanjutnya menitis pada diri
Dewi Sinta, putri Prabu Janaka raja negara Mantili dan menjadi istri
Ramawijaya. Pada jaman Mahabharata, ketika Bathara Wisnu menitis pada diri
Sri Kresna, raja negara Dwarawati, Dewi Sri menitis pada diri Dewi Sumbadra,
adik Sri Kresna dan menjadi istri Arjuna, satria Pandawa. Dewi Srihuna
juga memiliki lima orang saudara lain ibu, putra-putri Sanghyang Wisnu dengan
Dewi Srisekar dan Dewi Pratiwi. Mereka adalah, Bathara Srigati yang menjadi
raja negara Purwacarita bergelar Prabu Sri Mahapunggung. Kemudian Bathara
Srinada yang menjadi raja negara Wirata bergelar Prabu Basurata. Batara
Srinadi yang menurunkan raja-jara Mandaraka, Bambang Sitija / Bomanarakasura
raja negara Surateleng dan Dewi Siti Sundari. Awalnya Dewi Srihuna akan
dinikahkan dengan Bathara Brahmanasadara (Bremana), Putra Sanghyang Brahma
dengan Dewi Sarasyati.Tapi Bathara Bremana menolak. Dewi Srihuna kemudian
dinikahkan dengan Bathara Brahmanaresi (Bremani) adik Bathara Bremana. Dari
perkawinan tersebut ia memiliki seorang putra bernama Bambang Parikenan, yang
merupakan cikal-bakal keturunan trah Wukir Retawu / Saptaarga.Karena Bathara
Bremana kemudian jatuh cinta pada Dewi Srihuna, maka setelah Bambang Parikenan
lahir, oleh Bathara Brahmanaresi, Dewi Srihuna diserahkan kepada kakaknya,
Bathara Brahmanasadara (Bremana). Dari perkawinan tersebut, Dewi Srihuna
memiliki dua orang putri, masing-masing bernama: Dewi Srini dan Dewi
Satapi.
57. Bathari Supraba
Atau dewi Supraba adalah bidadari yang sangat terkenal karena kecantikannya. Ia masih keturunan Dewi Kanika, putri Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Banyak titah Arcapada yang tergila-gila ingin memperistri Dewi Supraba. Dengan mengandalkan kesaktian, mereka nekat datang melamar ke Suralaya dengan taruhan nyawa. Dari sekian banyak titah Arcapada yang sangat bernafsu dan juga karena dendam ingin memperistri Dewi Supraba adalah Prabu Niwatakawaca, raja raksasa negara Manikmantaka. Mata kanan Prabu Niwatakawaca yang waktu mudanya bernama Arya Nirbita menjadi buta karena ditusuk dengan kacip (pemotong buah gambir) oleh Dewi Supraba saat ia sedang mengintip tingkah pola para bidadari di kahyangan Kaideran. Prabu Niwatakawaca yang sangat sakti dan tak terkalahkan oleh para dewa, akhirnya mati oleh panah Pasopati yang dilepas Arjuna, setelah rahasia kesaktiannya / kematiannya berupa noktah hitam dilangit-langit mulutnya diceritakan sendiri kepada Dewi Supraba. Oleh Sanghyang Manikmaya, Dewi Supraba dihadiahkan kepada Arjuna yang pada jasanya membunuh Prabu Niwatakawaca dinobatkan sebagai raja Kaideran bergelar Prabu Kariti. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra yang diberi nama; Prabakusuma. Dewi Supraba adalah salah seorang bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari tujuh orang, yaitu Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru, Dewi Irimirin, Dewi Warsiki, dan Dewi Wilutama.
Atau dewi Supraba adalah bidadari yang sangat terkenal karena kecantikannya. Ia masih keturunan Dewi Kanika, putri Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Banyak titah Arcapada yang tergila-gila ingin memperistri Dewi Supraba. Dengan mengandalkan kesaktian, mereka nekat datang melamar ke Suralaya dengan taruhan nyawa. Dari sekian banyak titah Arcapada yang sangat bernafsu dan juga karena dendam ingin memperistri Dewi Supraba adalah Prabu Niwatakawaca, raja raksasa negara Manikmantaka. Mata kanan Prabu Niwatakawaca yang waktu mudanya bernama Arya Nirbita menjadi buta karena ditusuk dengan kacip (pemotong buah gambir) oleh Dewi Supraba saat ia sedang mengintip tingkah pola para bidadari di kahyangan Kaideran. Prabu Niwatakawaca yang sangat sakti dan tak terkalahkan oleh para dewa, akhirnya mati oleh panah Pasopati yang dilepas Arjuna, setelah rahasia kesaktiannya / kematiannya berupa noktah hitam dilangit-langit mulutnya diceritakan sendiri kepada Dewi Supraba. Oleh Sanghyang Manikmaya, Dewi Supraba dihadiahkan kepada Arjuna yang pada jasanya membunuh Prabu Niwatakawaca dinobatkan sebagai raja Kaideran bergelar Prabu Kariti. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra yang diberi nama; Prabakusuma. Dewi Supraba adalah salah seorang bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari tujuh orang, yaitu Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru, Dewi Irimirin, Dewi Warsiki, dan Dewi Wilutama.
58. BATHARA SURYA
Dia adalah Dewa Matahari yang bertugas menerangi Arcapada, memberi perkembangan hidup dan kesehatan kepada semua makhluk yang terjadi disiang hari. Bathara Surya adalah putra keenam Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Ia memiliki sembilan orang saudara kandung, masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Kuwera, Bathara Candra, Bathara Yama / Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Dewi Darmanasti. Bathara Surya memiliki tempat tinggal di Kahyangan Ekacakra. Ia memiliki tiga orang permaisuri yaitu; kakak beradik Dewi Ngruna dan Dewi Ngruni, serta Dewi Prati / Dewi Haruni, putri Hyang Ramaparwa, putra Sanghyang Wening. Dengan Dewi Ngruna, Bathara Surya berputra Resi Suwarna yang kemudian menurunkan bangsa Garuda. Dengan Dewi Ngruni berputra Dewi Suryawati yang kemudian diperistri oleh Gatotkaca, dan Bathara Suryanirada. Sedangkan dengan Dewi Prati, Bathara Surya berputra Bathara Rawiatmaja yang kemudian menurunkan raja-raja Maespati, trah pertapaan Argasekar, trah pertapaan Grastina / keturunan Resi Gotama dengan Dewi Indradi. Secara tidak resmi, Bathara Surya juga mengawini Dewi Kunti dan berputra Suryatmaja / Adipati Karna. Bathara Surya juga memberikan Cupu Manik Astagina kepada Dewi Indradi yang mengakibatkan ketiga putra Dewi Indradi, yaitu; Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa berubah wujud menjadi kera. Bathara Surya memiliki mobil yang ditarik oleh tujuh ekor kuda dan pernah dipinjam Batahra Wisnu untuk menghancurkan Prabu Watugunung, raja Gilingwesi. Bathara Surya pula yang mengetahui tatkala Ditya Kalarahu mencuri Tirta Amerta, hingga persembunyiannya dapat diketahui dan dapat dibinasakan oleh Bathara Wisnu.
Dia adalah Dewa Matahari yang bertugas menerangi Arcapada, memberi perkembangan hidup dan kesehatan kepada semua makhluk yang terjadi disiang hari. Bathara Surya adalah putra keenam Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Ia memiliki sembilan orang saudara kandung, masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Kuwera, Bathara Candra, Bathara Yama / Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Dewi Darmanasti. Bathara Surya memiliki tempat tinggal di Kahyangan Ekacakra. Ia memiliki tiga orang permaisuri yaitu; kakak beradik Dewi Ngruna dan Dewi Ngruni, serta Dewi Prati / Dewi Haruni, putri Hyang Ramaparwa, putra Sanghyang Wening. Dengan Dewi Ngruna, Bathara Surya berputra Resi Suwarna yang kemudian menurunkan bangsa Garuda. Dengan Dewi Ngruni berputra Dewi Suryawati yang kemudian diperistri oleh Gatotkaca, dan Bathara Suryanirada. Sedangkan dengan Dewi Prati, Bathara Surya berputra Bathara Rawiatmaja yang kemudian menurunkan raja-raja Maespati, trah pertapaan Argasekar, trah pertapaan Grastina / keturunan Resi Gotama dengan Dewi Indradi. Secara tidak resmi, Bathara Surya juga mengawini Dewi Kunti dan berputra Suryatmaja / Adipati Karna. Bathara Surya juga memberikan Cupu Manik Astagina kepada Dewi Indradi yang mengakibatkan ketiga putra Dewi Indradi, yaitu; Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa berubah wujud menjadi kera. Bathara Surya memiliki mobil yang ditarik oleh tujuh ekor kuda dan pernah dipinjam Batahra Wisnu untuk menghancurkan Prabu Watugunung, raja Gilingwesi. Bathara Surya pula yang mengetahui tatkala Ditya Kalarahu mencuri Tirta Amerta, hingga persembunyiannya dapat diketahui dan dapat dibinasakan oleh Bathara Wisnu.
59. DEWI TARA
Dia adalah seorang hapsari / bidadari, putri sulung Bathara Indra penguasa kahyangan Kaindran (tempat tinggal para bidadari) dengan permaisuri Dewi wiyati. Ia memiliki enam saudara kandung, masing-masing bernama; Dewi Tari (menjadi istri Prabu Dasamuka), raja negara Alengka), Bathara Citrarata, Bathara Citragara, Bathara Jayantaka, Bathara Jayantara dan Bathara Harjunawangsa. Oleh Bathara Guru, Dewi Tara diberikan kepada Sugriwa, putra Resi Gotama dengan Dewi Indradi / Windradi dari pertapaan Grastina / Erraya sebagai imbalan atas jasa Subali (kakak Sugriwa) yang telah berhasil membunuh Prabu Maesasura dan Jatasura dari kerajaan Gowa Kiskenda. Belum lama menjadi istri Sugriwa, Dewi Tara direbut Resi Subali yang termakan hasutan jahat Prabu Dasamuka, raja negara Alengka. Selama menjadi istri Resi Subali, Dewi Tara hamil. Setelah Resi Subali meninggal oleh panah Gowawijaya milik Ramawijaya, Dewi Tara kembali menjadi istri Sugriwa. Ia kemudian melahirkan putra berwujud kera berbulu merah yang diberi nama: Anggada, sesuai dengan pesan Resi Subali sebelum ajal. Setelah Prabu Sugriwa meninggal karena usia lanjut Dewi Tara kembali ke kahyangan Kaindran, kembali hidup sebagai bidadari.
Dia adalah seorang hapsari / bidadari, putri sulung Bathara Indra penguasa kahyangan Kaindran (tempat tinggal para bidadari) dengan permaisuri Dewi wiyati. Ia memiliki enam saudara kandung, masing-masing bernama; Dewi Tari (menjadi istri Prabu Dasamuka), raja negara Alengka), Bathara Citrarata, Bathara Citragara, Bathara Jayantaka, Bathara Jayantara dan Bathara Harjunawangsa. Oleh Bathara Guru, Dewi Tara diberikan kepada Sugriwa, putra Resi Gotama dengan Dewi Indradi / Windradi dari pertapaan Grastina / Erraya sebagai imbalan atas jasa Subali (kakak Sugriwa) yang telah berhasil membunuh Prabu Maesasura dan Jatasura dari kerajaan Gowa Kiskenda. Belum lama menjadi istri Sugriwa, Dewi Tara direbut Resi Subali yang termakan hasutan jahat Prabu Dasamuka, raja negara Alengka. Selama menjadi istri Resi Subali, Dewi Tara hamil. Setelah Resi Subali meninggal oleh panah Gowawijaya milik Ramawijaya, Dewi Tara kembali menjadi istri Sugriwa. Ia kemudian melahirkan putra berwujud kera berbulu merah yang diberi nama: Anggada, sesuai dengan pesan Resi Subali sebelum ajal. Setelah Prabu Sugriwa meninggal karena usia lanjut Dewi Tara kembali ke kahyangan Kaindran, kembali hidup sebagai bidadari.
60. DEWI TARI
Adalah seorang hapsari / bidadari, putri kedua Bathara Indra penguasa Kahyangan Kaindran (tempat tinggal para bidadari) dengan Dewi wiyati. Ia memiliki enam saudara kandung masing-masing bernama: Dewi Tara, Bathara Citrarata, Bathara Citragara, Bathara Jayantaka, Bathara Jayantara dan Bathara Harjunawangsa. Oleh Sanghyang Manikmaya / Bathara Guru, Dewi Tari dan dua bidadari lainnya yaitu Dewi Aswani dan Dewi Triwati diberikan kepada tiga putra Alengka, yaitu Prabu Dasamuka, Kumbakarna dan Arya Wibisana. Mereka dijadikan persyaratan perdamaian karena kekalahan para Dewa menghadapi serangan Prabu Dasamuka dan balatentara negara Alengka. Dewi Tari menikah dengan Prabu Dasamuka, Dewi Aswani menikah dengan Kumbakarna dan Dewi Triwati dengan Arya Wibisana. Dari perkawinan tersebut, Dewi Tari memiliki seorang putra bernama Indrajid / Megananda. Setelah berakhinya perang besar Alengka dengan tewasnya Indrajid dan Prabu Dasamuka, Dewi Tari kembali ke Kahyangan Kaindran, hidup sebagai bidadari. 61. BATHARA TEMBORODikenal pula dengan nama Bathara Patuk. Ia merupakan putra kedua Bathara Ismaya dengan Dewi Senggani. Bathara Temboro memiliki sembilan orang saudara kandung, masing-masing bernama: Bathara Wungkuam, Bathara Kuwera, Bathara Wrahaspati, Bathara Syiwah, Bathara Surya, Bathara Candra, Bathara Yama / Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Dewi Darmastuti.Bathara Temboro memiliki gaya penampilan yang jenaka. Ia sangat pandai melawak dan gaya penampilan yang lucu.Karena keahliannya melucu dan sikapnya yang jenaka, Bathara Tembora menjadi dewa kesayangan Sanghyang Manikmaya / Bathara Guru. Karena dialah satu-satunya Dewa yang dapat menjadi pelipur lara dan penghibur Sanghyang Manikmaya. 62. SANGHYANG TUNGGAL Dia adalah putra sulung Sanghyang Wenang dengan Permaisuri Dewi Sahoti, putri Prabu Hari, Raja Keling negara Hindu. Ia lahir dalam wujud "akyan" (badan halus / jin) dan memiliki empat saudara kandung masing-masing bernama Dewi Suyati, Batara Nioya, Batara Herumaya, dan Batara Senggana. Dalam segala hal, Sanghyang Tunggal merupakan personifikasi dari Sanghyang Wenang, karena hidup sejiwa dengan Sanghyang Wenang, ayahnya. Ia memiliki pusaka pemberian Sanghyang Wenang antara lain; Cupu Retnadumilah, Cupu Manikastagina, Lata Maha Usadi / Lata Mausadi, dan Kayu Rewan.
Adalah seorang hapsari / bidadari, putri kedua Bathara Indra penguasa Kahyangan Kaindran (tempat tinggal para bidadari) dengan Dewi wiyati. Ia memiliki enam saudara kandung masing-masing bernama: Dewi Tara, Bathara Citrarata, Bathara Citragara, Bathara Jayantaka, Bathara Jayantara dan Bathara Harjunawangsa. Oleh Sanghyang Manikmaya / Bathara Guru, Dewi Tari dan dua bidadari lainnya yaitu Dewi Aswani dan Dewi Triwati diberikan kepada tiga putra Alengka, yaitu Prabu Dasamuka, Kumbakarna dan Arya Wibisana. Mereka dijadikan persyaratan perdamaian karena kekalahan para Dewa menghadapi serangan Prabu Dasamuka dan balatentara negara Alengka. Dewi Tari menikah dengan Prabu Dasamuka, Dewi Aswani menikah dengan Kumbakarna dan Dewi Triwati dengan Arya Wibisana. Dari perkawinan tersebut, Dewi Tari memiliki seorang putra bernama Indrajid / Megananda. Setelah berakhinya perang besar Alengka dengan tewasnya Indrajid dan Prabu Dasamuka, Dewi Tari kembali ke Kahyangan Kaindran, hidup sebagai bidadari. 61. BATHARA TEMBORODikenal pula dengan nama Bathara Patuk. Ia merupakan putra kedua Bathara Ismaya dengan Dewi Senggani. Bathara Temboro memiliki sembilan orang saudara kandung, masing-masing bernama: Bathara Wungkuam, Bathara Kuwera, Bathara Wrahaspati, Bathara Syiwah, Bathara Surya, Bathara Candra, Bathara Yama / Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Dewi Darmastuti.Bathara Temboro memiliki gaya penampilan yang jenaka. Ia sangat pandai melawak dan gaya penampilan yang lucu.Karena keahliannya melucu dan sikapnya yang jenaka, Bathara Tembora menjadi dewa kesayangan Sanghyang Manikmaya / Bathara Guru. Karena dialah satu-satunya Dewa yang dapat menjadi pelipur lara dan penghibur Sanghyang Manikmaya. 62. SANGHYANG TUNGGAL Dia adalah putra sulung Sanghyang Wenang dengan Permaisuri Dewi Sahoti, putri Prabu Hari, Raja Keling negara Hindu. Ia lahir dalam wujud "akyan" (badan halus / jin) dan memiliki empat saudara kandung masing-masing bernama Dewi Suyati, Batara Nioya, Batara Herumaya, dan Batara Senggana. Dalam segala hal, Sanghyang Tunggal merupakan personifikasi dari Sanghyang Wenang, karena hidup sejiwa dengan Sanghyang Wenang, ayahnya. Ia memiliki pusaka pemberian Sanghyang Wenang antara lain; Cupu Retnadumilah, Cupu Manikastagina, Lata Maha Usadi / Lata Mausadi, dan Kayu Rewan.
63. DEWI TUNJUNGBIRU
DEWI TUNJUNGBIRU adalah salah seorang dari tujuh bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari; Dewi Supraba. Dewi Lenglengdanu, Dewi Irimirin, Dewi Gagarmayang, Dewi Wilutama, Dewi Warsiki dan Dewi Tunjungbiru sendiri. Karena kecerdasannya dan sifatnya yang murah hati, setia dan penyabar, Dewi Tunjungbiru pernah diperintahkan oleh Sanghyang Manikmaya / Batara Guru untuk turun ke marcapada, menjelma / menitis sebagai putri Bathara Kandikota (turun ke-empat dari Sanghyang Darmajaka). Dalam penitisannya itu ia menikah dengan Prabu Arya / Aya, raja negara Duryapura. Dari perkawinan tersebut, Dewi Tunjungbiru memiliki seorang putra yang diberi nama, Dasarata. Putranya ini kelak menikah dengan Dewi Kusalya, pewaris tahta negara Ayodya, dan menurunkan Ramawijaya.Bersama keenam bidadari upacara Suralaya lainnya, Dewi Tunjungbiru pernah ditugaskan Bathara Indra turun ke marapada, untuk mengembangkan tapa Arjuna di Goa Mintaraga, di lereng Gunung Indrakila bergelar Bagawan Ciptaning. Namun tidak berhasil mengembangkan kekhusukkan tapa Bagawan Ciptaning.
DEWI TUNJUNGBIRU adalah salah seorang dari tujuh bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari; Dewi Supraba. Dewi Lenglengdanu, Dewi Irimirin, Dewi Gagarmayang, Dewi Wilutama, Dewi Warsiki dan Dewi Tunjungbiru sendiri. Karena kecerdasannya dan sifatnya yang murah hati, setia dan penyabar, Dewi Tunjungbiru pernah diperintahkan oleh Sanghyang Manikmaya / Batara Guru untuk turun ke marcapada, menjelma / menitis sebagai putri Bathara Kandikota (turun ke-empat dari Sanghyang Darmajaka). Dalam penitisannya itu ia menikah dengan Prabu Arya / Aya, raja negara Duryapura. Dari perkawinan tersebut, Dewi Tunjungbiru memiliki seorang putra yang diberi nama, Dasarata. Putranya ini kelak menikah dengan Dewi Kusalya, pewaris tahta negara Ayodya, dan menurunkan Ramawijaya.Bersama keenam bidadari upacara Suralaya lainnya, Dewi Tunjungbiru pernah ditugaskan Bathara Indra turun ke marapada, untuk mengembangkan tapa Arjuna di Goa Mintaraga, di lereng Gunung Indrakila bergelar Bagawan Ciptaning. Namun tidak berhasil mengembangkan kekhusukkan tapa Bagawan Ciptaning.
64. DEWI Umayi
Dikenal pula dengan nama Dewi Uma. Ia adalah putri
Umaran, seorang hartawan di merut. Ibunya bernama Dewi Nurweni, putri
Prabu Nurangin, raja jin di Kalingga.Dewi Umayi memiliki adik bernama Dewi
Umarakti / Umaranti, yang menjadi permaisuri kedua Sanghyang
Manikmaya. Kelahiran Dewi Umayi diiringi kekacauan alam yang
dahsyat. Gunung-gunung meletus, gempa bumi dan badai terjadi
dimana-mana. Saat lahir dari rahim ibunya, ia bukan berupa bayi biasa,
melainkan berwujud segumpal cahaya merah yang memelesat ke angkasa. Cahaya
itu melayang ke sana kemari. Sang ayah segera mengejar dan mencoba menangkapnya,
tetapi selalu gagal.
65. Bathari Warsiki
Warsiki memiliki arti "Seorang yang sangat unggul akan kecantikannya." Karena itu Dewi Warsiki ditetapkan sebagai salah seorang dari tujuh bidadari upacara Suralaya yang selalu mengiringi Sanghyang Manikmaya dalam setiap upacara resmi kedewatan. Keenam bidadai lainnya adalah; Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Irimirin, Dewi Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru dan Dewi Wilutama.Dewi Warsiki adalah satu dari 40 (empat puluh) orang putri Sanghyang Nioya dengan Bathari Darmastuti. Salah seorang saudaranya, Dewi Urwaci, yang merupakan bidadari paling seksi di kahyangan, menjadi kecintaan Bathara Guru. Dalam kisah "Arjuna wiwaha" Dewi Warsiki pernah turun ke arcapada bersama keenam bidadari upacara Suralaya lainnya melaksanakan perintah Sanghyang Indra, untuk membuyarkan atau menggagalkan Arjuna yang sedang bertapa di Goa Mintaraga, hutan Kaliasa di lereng gunung Indrakilo. Karena kecantikannya, Dewi Warsiki pernah menggoncangkan Suralaya, ketika Bathara Kalagotama, putra Bathara Kala dengan Dewi Durga yang ingin memoeristri Dewi Warsiki ditolak Bathara Guru. Perang tak dapat dihindarkan antara para dewa Suralaya melawan para raksasa dari Setragandamyit. Perang baru berakhir setelah Sanghyang Narada turun ke arcapada dan meminta bantuan Resi Manumayasa dari pertapaan Retawu, gunung Saptaarga. Dalam peperangan tersebut Manumayasa berhasil mengalahkan Bathara kalagotama dan kelima saudaranya, yaitu Bathara Siwahjaya, Bathara Kalayuwana, Bathara Kartinea dan Bathara Dewasrani.Akhirnya cahaya itu hinggap di puncak Gunung Tengguru, suatu tempat yang dikuasai para makhluk halus, peri, dan gandarwa. Di tempat itu saudagar Umaran lalu bersamadi, mohon pada Yang Maha kuasa agar anaknya yang berwujud cahaya itu dapat dikembalikan dalam wujud yang sempurna, yaitu layaknya menjadi bayi biasa. Doa itu terkabul namun bayi itu berkelamin ganda.
Warsiki memiliki arti "Seorang yang sangat unggul akan kecantikannya." Karena itu Dewi Warsiki ditetapkan sebagai salah seorang dari tujuh bidadari upacara Suralaya yang selalu mengiringi Sanghyang Manikmaya dalam setiap upacara resmi kedewatan. Keenam bidadai lainnya adalah; Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Irimirin, Dewi Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru dan Dewi Wilutama.Dewi Warsiki adalah satu dari 40 (empat puluh) orang putri Sanghyang Nioya dengan Bathari Darmastuti. Salah seorang saudaranya, Dewi Urwaci, yang merupakan bidadari paling seksi di kahyangan, menjadi kecintaan Bathara Guru. Dalam kisah "Arjuna wiwaha" Dewi Warsiki pernah turun ke arcapada bersama keenam bidadari upacara Suralaya lainnya melaksanakan perintah Sanghyang Indra, untuk membuyarkan atau menggagalkan Arjuna yang sedang bertapa di Goa Mintaraga, hutan Kaliasa di lereng gunung Indrakilo. Karena kecantikannya, Dewi Warsiki pernah menggoncangkan Suralaya, ketika Bathara Kalagotama, putra Bathara Kala dengan Dewi Durga yang ingin memoeristri Dewi Warsiki ditolak Bathara Guru. Perang tak dapat dihindarkan antara para dewa Suralaya melawan para raksasa dari Setragandamyit. Perang baru berakhir setelah Sanghyang Narada turun ke arcapada dan meminta bantuan Resi Manumayasa dari pertapaan Retawu, gunung Saptaarga. Dalam peperangan tersebut Manumayasa berhasil mengalahkan Bathara kalagotama dan kelima saudaranya, yaitu Bathara Siwahjaya, Bathara Kalayuwana, Bathara Kartinea dan Bathara Dewasrani.Akhirnya cahaya itu hinggap di puncak Gunung Tengguru, suatu tempat yang dikuasai para makhluk halus, peri, dan gandarwa. Di tempat itu saudagar Umaran lalu bersamadi, mohon pada Yang Maha kuasa agar anaknya yang berwujud cahaya itu dapat dikembalikan dalam wujud yang sempurna, yaitu layaknya menjadi bayi biasa. Doa itu terkabul namun bayi itu berkelamin ganda.
66. Sang Hyang Wenang
SANG YANG wenang adalah putra Sang Hyang Nurasa dengan permaisuri Dewi Sarwati, putri Prabu Rawangin, raja jin di Pulau Darma. Sang hyang Wenang lahir berwujud sotan (suara yang samar-samar) bersama adik kembarnya yang bernama Sang Hayang Wening. Dalam pedalangan, Sang Hayang Wenang dikenal pula dengan nama Sang Hayang Jatiwisesa. Saudara kandung lainnya adalah Sang Hyang Taya atau Sang Hyang Pramanawisesa yang berwujud akyan (badan halus / jin). Setelah Sang Hyang Wenang dewasa, Sang Hyang Nurasa kemudian manuksma (hidup dalam satu jiwa) ke dalam diri Sang Hyang Wenang setelah menyerahkan benda-benda pusaka : Kitab Pustaka Darya, pusaka dan pesona berupa Kayu Rewan, Lata Maha Usadi, Cupu Manik Astagina dan cupu Retnadumilah.Sang Hyang Wenang menikah dengan Dewi Sahoti / Dewi Sati, putri Prabu Hari raja negri Keling. Dari perkawinannya dikaruniai 5 putra yang semuanya berwujud akyan: Sang Hyang Tunggal, Dewi Suyati, Batara Nioya, Batara Herumaya dan Betara Senggana. Setelah Sang Hyang Tunggal dewasa, maka Sang Hyang Wenang menyerahkan tahta kerajaan dan segenap timnya kepada Sang Hyang Tunggal.
SANG YANG wenang adalah putra Sang Hyang Nurasa dengan permaisuri Dewi Sarwati, putri Prabu Rawangin, raja jin di Pulau Darma. Sang hyang Wenang lahir berwujud sotan (suara yang samar-samar) bersama adik kembarnya yang bernama Sang Hayang Wening. Dalam pedalangan, Sang Hayang Wenang dikenal pula dengan nama Sang Hayang Jatiwisesa. Saudara kandung lainnya adalah Sang Hyang Taya atau Sang Hyang Pramanawisesa yang berwujud akyan (badan halus / jin). Setelah Sang Hyang Wenang dewasa, Sang Hyang Nurasa kemudian manuksma (hidup dalam satu jiwa) ke dalam diri Sang Hyang Wenang setelah menyerahkan benda-benda pusaka : Kitab Pustaka Darya, pusaka dan pesona berupa Kayu Rewan, Lata Maha Usadi, Cupu Manik Astagina dan cupu Retnadumilah.Sang Hyang Wenang menikah dengan Dewi Sahoti / Dewi Sati, putri Prabu Hari raja negri Keling. Dari perkawinannya dikaruniai 5 putra yang semuanya berwujud akyan: Sang Hyang Tunggal, Dewi Suyati, Batara Nioya, Batara Herumaya dan Betara Senggana. Setelah Sang Hyang Tunggal dewasa, maka Sang Hyang Wenang menyerahkan tahta kerajaan dan segenap timnya kepada Sang Hyang Tunggal.
67. Bathari Wilutama
Wilutama adalah salah seorang dari tujuh bidadari upacara
Suralaya yang terdiri dari: Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Gagarmayang,
Dewi Tunjungbiru, Dewi Irimirin dan Dewi Warsiki. Karena kecerdasannya
oleh Sanghyang Manikmaya, Dewi Wilutama ditetapkan sebagai kepala dari ketujuh
bidadari upacara Suralaya tersebut. Dewi Wilutama pernah turun ke Arcapada
melaksanakan perintah Sanghyang Manikmaya untuk mempertemukan titisan Bathara
Derma dengan Bathari Dermi. Waktu itu Bathara Derma menitis pada Raden
Samba, Putra Prabu Kresna dengan Dewi Jembawati. Sedangkan Bathari Dermi,
menitis pada Dewi Hagnyanawati, putri Prabu Narakasura raja negara Surateleng,
yang telah menjadi istri Prabu Bomanarakusra, raja negara Prajatisa /
Surateleng. Menurut cerita pedalangan, Dewi Wilutama pernah turun ke
Arcapada menjelma menjadi kuda sembrani betina dan membawa terbang Bambang
Kumbayana / Resi Drona menyeberangi lautan yang waktu itu sedang mencari Arya
Sucitra. Dalam peristiwa itu terjalin hubungan asmara antara Dewi Wilutama
dengan Bambang Kumbayana. Akibatnya Dewi Wilutama hamil, dan melahirkan
seorang putra lelaki yang memiliki ciri-ciri berambut dan bertelapak kaki kuda,
yang diberi nama Bambang Aswatama.
68. DEWI WINATA
DEWI WINATA adalah putra Hyang Daksa. Ia memiliki saudara
kandung sebanyak 49 orang, dua belas orang diantaranya wanita. Diantara
kedua belas saudara perempuannya yang dikenal dalam cerita pedalangan antara
lain; Dewi Aditi (ibu Bathara Waruna), Dewi Muni (ibu dari Dewi Mumpuni, istri
Bathara Yama yang kemudian menjadi istri Nagatatmala) dan Dewi Kadru.Dewi
Winata beserta keduabelas saudara kandungnya menjadi istri Resi
Kasyapa. Dari perkawinannya dengan Resi Kasyapa. Dewi Winata
memperoleh dua orang putra berwujud burung garuda masing-masing bernama; Garuda
Aruna dan Garuda Aruni / Garuda Suwarna / Brihawan. Dewi Winata pernah
terkena kutuk pastu putranya sendiri, Garuda Aruna sebagia akibat ketidak
sabarannya memecah telur Aruna sebelum waktunya menetas. Aruna yang merasa
kesakitan kerena menetas sebelum waktunya membalas mengutuk ibunya, bahwa Dewi
Winata akan menjadi budak saudaranya sendiri. Kutukan itu menjadi
kenyataan. Dewi Winata diperbudak oleh Dewi Kadru akibat kalah menebak
warna kuda Ucirawas, karena Dewi Kadru dibandu anak-anaknya yang berwujud ular
melilit tubuh kuda Ucirawas, hingga tubuh kuda yang putih mulus menjadi
belang-belang. Bertahun-tahun Dewi Winata diperbudak Dewi Kadru untuk
mengasuh ribuan ular anak Dewi Kadru dengan Resi Kasyapa. Penderitaan Dewi
Winata akhirnya dapat dibebaskan oleh putranya, Garuda Aruni yang dapat
memenuhi permintaan Dewi Kadru dengan memberikan tebusan berupa air Saktiwisa
yang diperoleh Garuda Aruni dengan meminjamnya dari Bathara Brahmanayana, atas
seijin Sanghyang Brahma.
69. SANG HYANG WISNU
Sang Hyang Wisnu seorang Dewa putra Hyang Guru. Halusnya menitis, menjelma pada raja-raja dan ksatria-ksatria. Hyang Wisnu pernah juga menjadi raja di muka bumi ini sebagai manusia biasa bertakhta di Purwacarita dengan gelar Sri Maharaja Budakresna. Mereka yang mendapat titisan Hyang Wisnu, menjadi orang orang yang sakti dan waspada. Yang mendapat titisan Wisnu ialah: Prabu Arjunasasrabau dari Maespati, Patih Suwanda di Maespati, Sri Rama, Arjuna dan Prabu Kresna.Penitisan juga terjadi sesudah Purwa, adalah pada Prabu Jayabaya di Kediri. Ketika Dewa ini dilahirkan, bumi terpengaruh hingga getar, sampai-sampai Betara Guru pun jatuh terpelanting. Setelah dewasa, ia beristrikan Dewi Setyabama, putri Hyang Pancaresi, Hyang Wisnu bisa tiwikrama, menjadi raksasa yang tidak terhingga besarnya dan memiiki senjata cakra yang sangat sakti. Kesaktian dan senjata cakra itu digunakan oleh titisan Wisnu sebagai bukti bahwa mereka memang titisannya. Hyang Wisnu merupakan pokok pangkal yang memulai keturunan Pendawa dan ia berbesan dengan Hyang Brama.Asal mula Hyang Wisnu mendapat bunga Wijayakusuma adalah sewaktu ia akan kawin dengan Dewi Pertiwi yang minta sebagai jujur bunga Wijayakusuma. Kembali bunga itu dimiliki oleh Begawan Kesawasidi. Tersebutlah, ketika Hyang Wisnu akan kawin dengan Dewi Pertiwi, maka bunga tersebut dipinjam oleh Hyang Wisnu untuk digunakan sebagai jujur. Permintaan itu dikabulkan. Tapi untuk lengkapnya, barang siapa memiliki bunga itu harus memiliki pula kulitnya dan kulit itu dimiliki oleh Prabu Wisnudewa dari negara Garbapitu. Kulit bunga yang bertempat di dalam mulut seekor banteng (sapi hitam) dapat direbut oleh Hyang Wisnu dari mulut banteng itu. Terkabullah perkawinan Hyang Wisnu karena bisa mengadakan jujur yang diminta. Menurut adat-istiadat Sala, pada waktu di situ masih ada seorang raja, maka pemetikan bunga Wijayukusuma dari Pulau Nusakambangan dilakukan oleh seorang ulama atas titah raja.
Sang Hyang Wisnu seorang Dewa putra Hyang Guru. Halusnya menitis, menjelma pada raja-raja dan ksatria-ksatria. Hyang Wisnu pernah juga menjadi raja di muka bumi ini sebagai manusia biasa bertakhta di Purwacarita dengan gelar Sri Maharaja Budakresna. Mereka yang mendapat titisan Hyang Wisnu, menjadi orang orang yang sakti dan waspada. Yang mendapat titisan Wisnu ialah: Prabu Arjunasasrabau dari Maespati, Patih Suwanda di Maespati, Sri Rama, Arjuna dan Prabu Kresna.Penitisan juga terjadi sesudah Purwa, adalah pada Prabu Jayabaya di Kediri. Ketika Dewa ini dilahirkan, bumi terpengaruh hingga getar, sampai-sampai Betara Guru pun jatuh terpelanting. Setelah dewasa, ia beristrikan Dewi Setyabama, putri Hyang Pancaresi, Hyang Wisnu bisa tiwikrama, menjadi raksasa yang tidak terhingga besarnya dan memiiki senjata cakra yang sangat sakti. Kesaktian dan senjata cakra itu digunakan oleh titisan Wisnu sebagai bukti bahwa mereka memang titisannya. Hyang Wisnu merupakan pokok pangkal yang memulai keturunan Pendawa dan ia berbesan dengan Hyang Brama.Asal mula Hyang Wisnu mendapat bunga Wijayakusuma adalah sewaktu ia akan kawin dengan Dewi Pertiwi yang minta sebagai jujur bunga Wijayakusuma. Kembali bunga itu dimiliki oleh Begawan Kesawasidi. Tersebutlah, ketika Hyang Wisnu akan kawin dengan Dewi Pertiwi, maka bunga tersebut dipinjam oleh Hyang Wisnu untuk digunakan sebagai jujur. Permintaan itu dikabulkan. Tapi untuk lengkapnya, barang siapa memiliki bunga itu harus memiliki pula kulitnya dan kulit itu dimiliki oleh Prabu Wisnudewa dari negara Garbapitu. Kulit bunga yang bertempat di dalam mulut seekor banteng (sapi hitam) dapat direbut oleh Hyang Wisnu dari mulut banteng itu. Terkabullah perkawinan Hyang Wisnu karena bisa mengadakan jujur yang diminta. Menurut adat-istiadat Sala, pada waktu di situ masih ada seorang raja, maka pemetikan bunga Wijayukusuma dari Pulau Nusakambangan dilakukan oleh seorang ulama atas titah raja.
70. BATARA WRAHASPATI
BATARA WRAHASPATI adalah putra keempat Sang Hyang Ismaya dengan Dewi Senggani, putri Sang Hyang Wening / Darmayaka. Dia memiliki 9 orang
BATARA WRAHASPATI adalah putra keempat Sang Hyang Ismaya dengan Dewi Senggani, putri Sang Hyang Wening / Darmayaka. Dia memiliki 9 orang
saudara kandung yaitu Batara Wungkuam, Batara Tembora /
Patuk, BataraKuwera, Batara Syiwah, Batara Surya, Batara Candra,
BataraYamadipati, Batara Kamajaya dan Batari Darmayanti.Batara Wrahaspati
sangat sakti dan berwatak penyabar sehingga dia menjadi guru para
dewa. Batara Wrahaspati bersahabat baik dengan seorang brahmana sakti
bernama Resi Sukra yang telah bertapa selama 1.000 tahun memuja Batara
Prameswara sehingga memperoleh ajian Sanjiwani, yaitu mantra sakti yang bisa
menghidupkan orang yang sudah mati meskipun sudah menjadi abu
sekalipun.Mengetahui Resi Sukra menjadi guru bangsa raksasa dan berusaha
melawan para dewa, Wrahaspati kemudian menyuruh Kaca murid kesayangannya untuk
berguru kepada Resi Sukra. Kaca berhasil mendapatkan mantra sakti itu
dengan bantuan Dewi Dewayani, putri tunggal Resi Sukra dengan Dewi Jayanti,
maka para dewa tetap tidak terkalahkan oleh kaum raksasa.
71. BATHARA YAMADIPATI
BATHARA YAMADIPATI seorang Dewa dan anak Semar. Dewa ini berkuasa memegang kunci neraka dan berkuasa pula mencabut nyawa manusia. Maka jadilah kepercayaan orang dulu, bahwa kalau orang yang sedang sakit melihat kedatangan Hyang Yamadipati, si sakit itu sudah mendekati ajalnya.Gambar Film Yamadipati berupa orang bermuka raksasa, melambangkan kekerasan Dewa itu. Dewa ini beristrikan Dewi Mumpuni tetapi Dewi ini tidak suka pada Yamadipati. Hyang Yamadipati dapat disebut Dewa kematian. Ia bermahkota topong, berjamang dengan garuda membelakang, dan bersunting waderan. Bersenjata rencong dan berpakaian menurut adat-istiadat Dewa. Bermata plelengan (berkedip, tetapi jarang), menandakan teror. Berhidung manusia, artinya tidak berhidung macam wayang, melambangkan, bahwa Dewa ini selalu mendekati manusia.
BATHARA YAMADIPATI seorang Dewa dan anak Semar. Dewa ini berkuasa memegang kunci neraka dan berkuasa pula mencabut nyawa manusia. Maka jadilah kepercayaan orang dulu, bahwa kalau orang yang sedang sakit melihat kedatangan Hyang Yamadipati, si sakit itu sudah mendekati ajalnya.Gambar Film Yamadipati berupa orang bermuka raksasa, melambangkan kekerasan Dewa itu. Dewa ini beristrikan Dewi Mumpuni tetapi Dewi ini tidak suka pada Yamadipati. Hyang Yamadipati dapat disebut Dewa kematian. Ia bermahkota topong, berjamang dengan garuda membelakang, dan bersunting waderan. Bersenjata rencong dan berpakaian menurut adat-istiadat Dewa. Bermata plelengan (berkedip, tetapi jarang), menandakan teror. Berhidung manusia, artinya tidak berhidung macam wayang, melambangkan, bahwa Dewa ini selalu mendekati manusia.
72. BATHARA RAMA YADI
BATHARA RAMA YADI adalah dewa yang bertugas membuat senjata / wesi aji atau tukang pandedi kayangan. Dia muncul pada lakon Gathutkaca lahir, dia di utus Bathara Narada untuk menggembleng / menempa bayi Gathutkaca layaknya membuat senjata / gaman. Maksud Bathara Narada agar Gathutkaca segera menjadi anak dewasa yang sanggup melawan musuh para dewa yaitu Kala Percona dan Patih Sekipu. Dan akhirnya berkat gemblengan Bathara Rama Yadi, Gathutkaca menjadi Ksatriya yang gagah perkasa dan sanggup menghancurkan musuh para Dewa yaitu Kala Percona dan Patih Sekipu.
BATHARA RAMA YADI adalah dewa yang bertugas membuat senjata / wesi aji atau tukang pandedi kayangan. Dia muncul pada lakon Gathutkaca lahir, dia di utus Bathara Narada untuk menggembleng / menempa bayi Gathutkaca layaknya membuat senjata / gaman. Maksud Bathara Narada agar Gathutkaca segera menjadi anak dewasa yang sanggup melawan musuh para dewa yaitu Kala Percona dan Patih Sekipu. Dan akhirnya berkat gemblengan Bathara Rama Yadi, Gathutkaca menjadi Ksatriya yang gagah perkasa dan sanggup menghancurkan musuh para Dewa yaitu Kala Percona dan Patih Sekipu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar